RSS

Senin, 23 Juli 2012

Ramadhan : Tetap Bugar Saat Berpuasa

Assalamu'alaikum....
Selamat pagi, apa kabar semua??
Masih semangat kan puasanya? :)

Alhamdulillah ya kita udah memasuki hari ke-3 di Bulan Ramadhan ini. Nah biasanya ni di awal Ramadhan kalo puasa masih suka agak2 lemes gitu karena belum terbiasa. Kayak aku nih biasanya kalo udah jam 3 sore, beuh...udah lemes deh kayak ikan kehabisan air.hihihi makanya dulu jaman kelas 1-2 SD aku masih ngalamin tuh yg namanya puasa dzuhur, puasa ashar....hehehe tapi aku salut loh sama anak2 jaman sekarang mash kecil2 udah pada kuat puasa sebulan penuh! hebat! *cium kalian sayaaang*

Nah biar puasanya ga lemes n tetep bugar, aku punya beberapa tips ni yang mungkin bisa membantu kalian. Oke langsung aja ya, check this out!

1. Makan sahur
Usahakan untuk tak melewatkan makan sahur. Meski Anda mengantuk dan harus bangun di malam hari, namun makan sahur sangat penting untuk memberikan nutrisi yang cukup bagi Anda selama berpuasa.
Nah, buat kalian yang suka ngebow aku saranin jangan begadang n jangan lupa pasang alarm minimal 3 benda yg distel bersamaan yah! oya jangan lupa taruh benda2 itu di dekat telinga pada saat tidur. kalo masih ga bangun juga coba ke THT deh, hehe


2. Batasi asupan lemak
Batasi makanan lemak saat berbuka puasa. Saat berbuka kemungkinan besar Anda akan langsung makan tanpa memikirkan kadar lemak yang dikandung makanan tersebut. Makanan manis seperti kurma sangat cocok untuk menambah energi saat awal berbuka puasa.
Kalo ga ada kurma bisa juga dg ngemut gula jawa loh guys!

3. Ikuti anjuran Rasul dengan aturan 1/3
Rasulullah SAW menganjurkan kita untuk mengonsumsi 1/3 makanan, 1/3 cairan, dan menyisakan 1/3 ruang untuk udara.
Nahloh...tahan napsu ya jangan dipenuhi dg makanan semua perutnya tar kekenyangan jd males tarawih?hihihi
4. Konsumsi sayur dan buah-buahan
Buah-buahan segar banyak dijual selama puasa dan waktu berbuka. Jangan lewatkan kesempatan ini. Pastikan Anda juga mengonsumsi buah-buahan yang kaya vitamin.
Oke tapi plis jangan makan mangga muda sama sambel waktu sahur kalo ga mau mules!
 
5. Berjalan setelah berbuka puasa
Setelah berbuka dan kekenyangan kebanyakan orang akan merasa malas dan mengantuk Untuk menyiasati hal ini, Anda bisa berjalan-jalan di sekitar rumah Anda setelah berbuka. Tak perlu terlalu jauh. Dengan berjalan dan merasakan perubahan suasana puasa akan membangkitkan kesegaran tubuh Anda, sehingga Anda tak malas untuk melakukan kegiatan selanjutnya.
Wah pas banget nih mau bulan Agustus bisa skalian buat latihan Lomba Gerak Jalan (?)

6. Sholat tarawih
Selain sebagai bentuk ibadah, sholat tarawih juga memiliki manfaat kesehatan. Ketika melakukan sholat tarawih, tubuh Anda melakukan banyak gerakan. Ini akan membuat tubuh tetap segar dan aktif. Selain itu, sholat tarawih juga bisa meningkatkan konsentrasi, stamina, serta menjalin silaturahmi.
Beneran sholat ya, ga janjian loh? hayo-hayo....hihihi

7. Sempatkan tidur siang singkat
Para ahli menyatakan bahwa tidur siang tak harus dalam waktu yang lama. Sekitar 15 menit tidur siang sudah cukup untuk membuat tubuh Anda segar kembali. Carilah empat yang tenang dan sempatkan diri Anda untuk tidur siang. Ini baik untuk mengganti jam tidur yang kurang di malam hari.
Berhubung tidurnya orang puasa itu ibadah, aku suka tidur siang lama bgt biar pahalanya juga banyak wkwk (niat ibadah apa emang suka malas2an?) ><

Nah, selamat mencoba ya kawan :)
tetep semangat n have a nice Ramadhan :D


Tips diadaptasi dari http://www.merdeka.com/sehat/7-cara-tetap-bugar-saat-puasa-ramadan.html

Minggu, 01 Juli 2012


PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA MELALUI PEMBELAJARAN SASTRA 
ARTIKEL KONSEPTUAL
Oleh
Ifa Iklassiyah

ABSTRAK
Pembelajaran sastra diyakini dapat membantu proses pembentukan karakter siswa. Kegiatan membaca, mendengarkan, dan menonton karya sastra pada hakikatnya menanamkan  karakter tekun, berpikir kritis, dan berwawasan luas. Apresiasi sastra akan berjalan baik jika didasari oleh minat yang tinggi pada karya sastra.. Keberadaan pembelajaran sastra dalam upaya membangun karakter siswa dapat terwujud dengan adanya minat siswa, karya sastra, guru yang kompeten dalam bidang pengajaran dan pembelajaran sastra.
         Kata kunci: karakter, siswa, pembelajaran sastra

PENDAHULUAN
            Akhir-akhir ini, pendidikan karakter banyak dan sering menjadi pembahasan berbagai kalangan, terutama kalangan pendidikan. Hal ini terdorong oleh adanya fakta bahwa siswa sebagai produk pendidikan belum kuat secara kemanusiaan, serta kepribadiannya masih lemah sehingga mudah terpengaruh oleh hal-hal dari luar. Selain itu, semangat untuk belajar, berdisiplin, beretika, bekerja keras, dan sebagainya kian menurun. Peserta didik banyak yang tidak siap untuk menghadapi kehidupan sehingga dengan mudah meniru budaya luar yang negatif, terlibat di dalam amuk massa, melakukan kekerasan di sekolah atau kampus, dan sebagainya. Meningkatnya kemiskinan, menjamurnya budaya korupsi, munculnya plagiarisme, menguatnya politik uang, dan sebagainya merupakan cerminan dari kehidupan yang tidak berkarakter kuat untuk menuju bangsa yang berperadaban maju.
Karakter merupakan kata serapan dari bahasa Inggris, character, yang belum dibakukan oleh Pusat Bahasa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Yang ada dalam KBBI hanya padanannya, yakni watak, yang diartikan sebagai sifat batin manusia yang mempengaruhi segenap pikiran dan tingkah lakunya. Padanan dari watak, menurut KBBI, adalah budi pekerti dan tabiat. Kata karakter justru diakomodasi oleh  Leksikon Sastra Indonesia , dan dimaknai sebagai watak atau sifat-sifat kejiwaan (akhlak, budi pekerti, tabiat, etos) yang membedakan seseorang dengan orang lain. 
Karakter atau watak seseorang, selain bawaan sejak  lahir (genetik), juga terbentuk oleh pendidikan, sejak pendidikan di dalam keluarga sampai di sekolah, serta pengaruh nilai-nilai yang beredar dalam masyarakat dan lingkungan yang menumbuhkannya. Setiap orang memiliki bawaan genetik yang berbeda serta tumbuh dalam lingkungan pendidikan dan pergaulan yang relatif  berbeda. Keadaan tersebut menjadikan alasan tumbuhnya karakter-karakter tertentu yang melekat pada sosok-sosok pribadi yang unik, sejak karakter yang lemah dan buruk (konsumtif, malas, gampang menyerah, kasar, suka menerabas, pembohong, khianat, dan korup) sampai karakter yang baik dan unggul (kreatif, rajin, pekerja keras, ulet, santun, jujur, amanah, adil, dan bertanggung jawab).
Siswa adalah generasi muda, generasi penerus, yang akan menjadi pemilik masa depan bangsa. Akan seperti apa wajah bangsa Indonesia di masa depan sangat tergantung pada bagaimana pembentukan karakter siswa sejak sekarang. Ketika masyarakat seperti kehilangan harapan pada para elit politik dan pemimpin bangsa (penguasa) saat ini, maka harapan masyarakat tinggal bergantung pada para pemilik masa depan itu. Karena itu, membangun karakter siswa sejak sekarang menjadi pekerjaan bersama (khususnya para guru dan orang tua) yang amat penting. Pengajaran di sekolah, termasuk pengajaran sastra,  menjadi tumpuan yang sangat vital. Jika kita gagal membentuk karakter yang positif dan unggul pada diri siswa, bisa-bisa masa depan bangsa ini akan makin terpuruk, kehilangan harapan, atau setidaknya akan kehilangan kepribadian dan gampang dijajah serta ”diperbudak” oleh bangsa lain yang lebih adidaya.
Sastra secara etimologis berarti alat untuk mendidik, sehingga bersifat didaktis. Hal ini sesuai dengan fungsi sastra yaitu dulce et ulite (nikmat dan bermanfaat). Kebermanfaatannya diketahui karena sastra di dalamnya terkandung amanat yaitu nilai moral  yang bersesuaian dengan pendidikan karakter. Banyak karya sastra lama dan modern yang mengandung pendidikan karakter, seperti kemanusiaan, harga diri, kritis, kerja keras, hemat.
Peran sastra dalam pembentukan  karakter  siswa tidak hanya didasarkan pada nilai yang terkandung di dalamnya. Pembelajaran sastra yang relevan untuk pengembangan karakter peserta didik adalah pembelajaran yang memungkinkan peserta didik tumbuh kesadaran untuk membaca dan menulis karya sastra yang akhirnya mampu meningkatkan pemahaman dan pengertian tentang manusia dan kemanusiaan, mengenal nilai-nilai, mendapatkan ide-ide baru, meningkatkan pengetahuan sosial budaya, berkembangnya rasa dan karsa, serta terbinanya watak dan kepribadian. Pembelajaran sastra  yang bersifat apresiatif pun sarat dengan pendidikan karakter. Kegiatan membaca, mendengarkan, dan menonton karya sastra pada hakikatnya menanamkan  karakter tekun, berpikir kritis, dan berwawasan luas. Pada saat yang bersamaan dikembangkan kepekaan perasaan sehingga pembaca cenderung cinta kepada kebaikan dan membela kebenaran.

PEMBAHASAN
Pendidikan memang bukanlah sekadar transfer pengetahuan (transfer of knowledge), tapi alat wahana pembentukan kepribadian (character building), mulai dari pola pikir, kejiwaan dan pola tingkah laku (attitude). Oleh sebab itu, muncullah kesadaran tentang perlu dikembangkannya kembali pendidikan karakter di sekolah. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menanamkan pendidikan karakter adalah melalui pembelajaran apresiasi sastra. Pembelajaran apresiasi sastra mampu dijadikan sebagai pintu masuk dalam penanaman nilai-nilai moral. Nilai-nilai moral, seperti kejujuran, pengorbanan, kepedulian sosial, cinta tanah air, psikologis, demokrasi, santun, dan sebagainya, banyak ditemukan dalam karya-karya sastra. Baik puisi, cerita pendek, novel, maupun drama. Hal ini tentu dapat dikaitkan dengan fungsi utama sastra yaitu memperhalus budi, peningkatan rasa kemanusiaan dan kepedulian sosial, penumbuhan apresiasi budaya, penyaluran gagasan, penumbuhan imajinasi, serta peningkatan ekspresi secara kreatif dan konstruktif.
Dalam kurikulum disebutkan bahwa tujuan pembelajaran sastra dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia antara lain adalah menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa. Pembelajaran sastra diyakini dapat membantu proses pembentukan karakter siswa, karena di dalam karya sastra terkandung nilai-nilai positif, sejak nilai-nilai budaya, sosial, moral, kemanusiaan, hingga agama. Melalui apresiasi sastra, siswa dapat mempertajam perasaan, penalaran, daya khayal, serta kepekaan terhadap masyarakat, budaya, dan lingkungan kehidupannya.
Dengan membaca sastra, pembaca akan bertemu dengan bermacam-macam orang dengan bermacam-macam masalah. Melalui sastra, pembaca diajak berhadapan dan mengalami secara langsung kategori moral dan sosial dengan segala parodi dan ironinya. Ruang yang tersedia dalam karya sastra itu membuka peluang bagi pembaca untuk tumbuh menjadi pribadi yang kritis pada satu sisi, dan pribadi yang bijaksana pada sisi lain. Pribadi yang kritis dan bijaksana ini bisa terlahir karena pengalaman seseorang membaca sastra telah membawanya bertemu dengan berbagai macam tema dan latar serta berbagai manusia dengan beragam karakter. Sastra dalam banyak hal memberi peluang kepada pembaca untuk mengalami posisi orang lain, yang menjadikannya berempati kepada nasib dan situasi manusia lain. Melalui sastra,  seseorang dapat  mengalami menjadi seorang dokter, guru, gelandangan, tukang becak, ulama, ronggeng, pencuri, pengkhianat, pengacara, rakyat kecil, pejabat, dan sebagainya.
Meski sifatnya fiktif, dalam setiap karya sastra terkandung tiga muatan: imajinasi, pengalaman, dan nilai-nilai. Melalui kegiatan apresiasi sastra, kecerdasan siswa dipupuk hampir dalam semua aspek. Apresiasi sastra melatih kecerdasan intelektual (IQ), misalnya dengan menggali nilai-nilai intrinsik dalam karya sastra, seperti tema, amanat, latar, tokoh, dan alur cerita. Juga mengembangkan kecerdasan emosional (EQ) siswa, misalnya sikap tangguh, berinisiatif serta optimis menghadapi persoalan hidup, dan sebagainya. Hal ini dapat terjadi karena sastra merupakan cerminan kehidupan masyarakat dengan segala problem kehidupannya. Mempelajari sastra berarti mengenal beragam kehidupan beserta latar dan watak tokoh-tokohnya. Membaca kisah manusia yang bahagia dan celaka, serta bagaimana seorang manusia harus bersikap ketika menghadapi masalah, akan menuntun siswa untuk memahami nilai-nilai kehidupan. Sedangkan sastra dapat mengembangkan kecerdasan spiritual (SQ) tentu tak dapat pula kita mungkiri. Sebut saja karya sastra yang bertema religius seperti puisi Padamu Jua (Amir Hamzah), cerpen Robohnya Surau Kami (A.A. Navis), dan sebagainya. Karya sastra dengan tema-tema religius semacam ini akan menuntun siswa lebih memahami hubungan antara manusia dengan Tuhannya.
Apresiasi sastra akan berjalan baik jika didasari oleh minat yang tinggi pada karya sastra. Minat adalah kecenderungan hati yang tinggi atau gairah terhadap sesuatu. Maka, ‘minat pada sastra’ dapat diartikan sebagai kecenderungan hati yang tinggi (gairah) pada sastra, yakni seseorang yang memiliki keinginan kuat untuk menggauli sastra, baik mencipta maupun sekadar menikmatinya sebagai rekreasi batin. Seseorang yang meminati sastra akan merasa hampa jika dalam waktu tertentu tidak bersentuhan dengan sastra, dan karena itu ia akan selalu rindu untuk membaca karya sastra.
Sebaliknya, seseorang yang tidak meminati sastra, tidak akan terdorong untuk membaca, dan apalagi mencipta, karya sastra. Orang yang demikian, umumnya memiliki apresiasi sastra yang rendah, bahkan banyak yang tidak memiliki apresiasi sama sekali. Jika karakter yang demikian ada pada siswa, atau sebagian besar siswa, maka kita akan berhadapan dengan para siswa yang sulit untuk diajak mengapresiasi karya sastra, apalagi belajar menciptanya Rendahnya minat siswa pada sastra itulah sebenarnya tantangan utama pengajaran sastra di sekolah, tantangan yang pertama-tama dihadapi oleh guru sastra, selain hambatan kurikulum dan sistem pengajaran sastra, kurangnya buku-buku sastra di perpustakaan sekolah, rendahnya kualitas buku pelajaran sastra, dan rendahnya kualitas sang guru sendiri.
Sebagian orang berpendapat bahwa yang namanya minat seseorang, termasuk minat pada karya sastra, tidak dapat dipaksakan. Karena, minat datang dari dalam hati. Begitu juga minat siswa pada sastra, tidak dapat dipaksanakan. Pendapat tersebut memang ada benarnya, tetapi bukan harga mati. Sebab, minat seseorang, seperti halnya selera, dapat dibangun secara pelan-pelan tapi pasti. Begitu juga minat siswa pada sastra, dapat dibangun melalui praktek pengajaran sastra yang benar dengan menciptakan situasi pengajaran yang mampu mendorong siswa pelan-pelan meminati karya sastra.
Langkah pertama, adalah menciptakan suasana belajar-mengajar yang menarik dan menyenangkan agar siswa merasa enjoy di dalamnya, atau dapat menikmati proses belajar sastra dengan menyenangkan. Penciptaan situasi yang demikian ini menuntut kreativitas guru dalam mengajar, dan tidak bisa hanya bertumpu pada cara mengajar yang konvensional di depan kelas. Cara-cara sebagai berikut dapat dipertimbangkan:
1.      Mengajak siswa ke luar kelas, ke taman atau kebun terdekat. Cara ini dapat dicoba untuk mengajar menulis puisi. Dalam belajar menulis puisi, para siswa dapat diperkenalkan dengan berbagai fenomena alam yang puitis, seperti gerak daun  jatuh, desir suara angin, bunga yang mekar, burung yang bermain-main di dahan, atau kepak sayap kupu-kupu yang berpindah-pindah dari satu bunga ke bunga lainnya. Siswa diminta untk menuliskan fenomena alam itu dengan baris-baris kalimat yang puitis.
2.      Belajar di luar ruang juga dapat dipilih untuk mengajarkan menulis cerpen, misalnya ke kantin, taman, kebun, atau pinggir jalan. Siswa dapat diminta mengamati dan memilih satu potret kehidupan yang dilihatnya. Misalnya, seorang anak penyemir sepatu, lalu diminta membayangkan anak itu rajin bekerja untuk mengumpulkan uang guna pengobatan ibunya yang sakit di rumah. Nah, siswa diminta mengembangkan imajinasinya ini menjadi sebuah cerita pendek.
3.      Dalam mengajarkan apresiasi sastra, misalnya membahas puisi, cerpen atau novel, bias saja siswa diajak ke suatu tempat untuk mendiskusikannya secara santai dan terbuka. Untuk cerpen dan novel, tentu siswa perlu membacanya dulu di rumah. Jika ingin tetap di dalam kelas, tentu guru perlu menciptakan suasana diskusi yang menyenangkan dan membuat anak berani berbicara.
4.      Dalam mengajarkan membaca puisi, berbagai cara dapat dipilih. Misalnya, menayangkan dulu video penyair terkenal sedang membaca puisi, menghadirkan deklamator terkenal ke depan kelas, atau menyiasatinya dengan berbagai model penyajian puisi yang langsung melibatkan anak, seperti membaca puisi secara kolektif dan musikalisasi puisi, yang dapat membuat anak gembira.
5.      Setelah sesi-sesi di atas masing-masing dilalui, barulah siswa dikumpulkan di dalam kelas, diberi pengetahuan sastra yang sesuai dengan masing-masing sesi tersebut di atas. Dari sini, pengetahuan sastra siswa dapat diperluas ke teori dan sejarah sastra yang diperlukan.
Langkah kedua adalah memberi penghargaan pada siswa yang unggul dalam pelajaran sastra. Misalnya, memberi hadiah buku sastra pada siswa yang puisi atau cerpennya dinilai terbaik, juga pada siswa yang membaca puisi atau cerpennya dinilai paling bagus, serta pada siswa pembahasan atau pendapatnya paling pas saat membahas karya sastra. Akan lebih seru lagi kalau dalam memilih yang terbaik itu melibatkan seluruh siswa. Misalnya, semua puisi siswa ditempel pada papan tulis dan semua siswa ikut menilainya. 
Tetapi dalam menilai pembacaan puisi, tentu akan menghadapi problem waktu. Hal ini dapat diatasi dengan mengelompokkan siswa, misalnya ke dalam lima kelompok, dan masing-masing kelompok memilih seorang siswa wakilnya untuk beradu baca puisi dengan wakil kelompok lain. Dengan cara demikian, suasana bermain yang menyenangkan akan tercipta tanpa melupakan pokok pelajaran sastranya. Jadi, semi belajar sambil bermain.
Langkah ketiga adalah menyediakan ruang berekspresi bagi siswa yang berbakat di bidang sastra. Misalnya, menyediakan majalah dinding atau majalah sekolah untuk menampung karya-karya siswa, baik puisi, cerpen, esei, maupun resensi, dan yang karyanya dimuat mendapatkan hadiah buku sastra. Perlu juga diadakan lomba baca puisi tengah tahunan (menjelang libur atau awal liburan) untuk mendorong minat siswa dan menemukan bakat siswa dalam baca puisi.
Langkah berikutnya adalah meyakinkan pada siswa bahwa sastra itu penting untuk diapresiasi, karena di dalamnya terkandung nilai-nilai positif yang penting diketahui dan dihayati oleh siswa. Yakinkan, bahwa manusia yang berbudaya adalah manusia yang cinta sastra, maka jika ingin dianggap manusia berbudaya, cintailah sastra dan bacalah karya-karya sastra. Yakinkan pula bagi yang berbakat menulis puisi atau cerpen agar terus menekuninya sebagai hobi yang positif, yang akan sangat bermanfaat dan member nilai plus bagi mereka kelak.
Melalui langkah-langkah kecil seperti di atas diharapkan dapat terbangun minat siswa terhadap sastra. Apabila minat siswa terhadap karya sastra terbangun maka siswa akan mulai berhadapan dengan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya dan secara mandiri siswa akan mengenal serta menyerap nilai-nilai moral, agama, budaya dan sebagainya. Dengan demikian bukan tidak mungkin karakter siswa akan terbangun menjadi karakter yang diidealkan masyarakat. Keberadaan pembelajaran sastra dalam upaya membangun karakter bangsa dapat terwujud dengan adanya minat anak, karya sastra anak, guru yang kompeten dalam bidang pengajaran dan pembelajaran sastra. Tanpa adanya unsur tersebut pembelajaran sastra hanya akan menjadi hiburan, sarana rekreasi saja.

PENUTUP
Pembelajaran sastra diyakini dapat membantu proses pembentukan karakter siswa, karena di dalam karya sastra terkandung nilai-nilai positif, sejak nilai-nilai budaya, sosial, moral, kemanusiaan, hingga agama. Seraya menghibur, sastra menawarkan pathos, nilai kearifan, kedalaman perenungan, dan menjadi semacam model-model perilaku yang dikandungnya. Melalui apresiasi sastra, siswa dapat mempertajam perasaan, penalaran, daya khayal, serta kepekaan terhadap masyarakat, budaya, dan lingkungan kehidupannya.
Karya sastra bisa menjadi medium yang strategis untuk mewujudkan tujuan mulia yang dimaksud dalam perencanaaan pembangunan karakter melalui pendidikan . Melalui karya sastra, anak-anak sejak dini bisa melakukan olah rasa, olah batin, dan olah budi secara intens sehingga secara tidak langsung anak-anak memiliki perilaku dan kebiasaan positif melalui proses apresiasi dan berkreasi melalui karya sastra. Melalui karya sastra, siswa akan mendapatkan pengalaman baru dan unik yang belum tentu bisa mereka dapatkan dalam kehidupan nyata. Pendidikan karakter mempunyai makna lebih tinggi dari pendidikan moral, karena bukan sekadar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah, lebih dari itu pendidikan karakter menanamkan kebiasaan tentang hal yang baik sehingga siswa didik menjadi paham (ranah kognitif) tentang mana yang baik dan salah, mampu merasakan (ranah afektif) nilai yang baik, dan mau melakukannya (ranah psikomotor).
Dalam konteks demikian, pengajaran apresiasi sastra memiliki kontribusi penting dalam upaya melahirkan generasi yang cerdas dan bermoral seperti yang diharapkan. Ini artinya, mau atau tidak, institusi pendidikan harus memosisikan diri menjadi “benteng” utama apresiasi sastra melalui pengajaran yang dikelola secara tepat, serius, dan optimal. Keberadaan pembelajaran sastra dalam upaya membangun karakter siswa dapat terwujud dengan adanya minat siswa, karya sastra, guru yang kompeten dalam bidang pengajaran dan pembelajaran sastra. Tanpa adanya unsur tersebut pembelajaran sastra hanya akan menjadi hiburan, sarana rekreasi saja.


DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. Peran Sastra dalam Menumbuhkan Karakter Bangsa.

Herfanda, Ahmadun Yossi.2011. Membentuk Karakter Siswa dengan Pengajaran Sastra.

Hidayatullah. 2012. Pembelajaran Sastra Anak Membangun Karakter Bangsa.

Patria, Bekti. 2010. Pembelajaran Apresiasi Sastra sebagai Wahana Penanaman Karakter



Senin, 11 Juni 2012

Jalan2 ke Gramedia

How's life everybody...? kabar gue baik, alhamdulillah.
Semoga kabar kalian juga baik,ya? amiin :)

Kuliah lagi sering kosong nih. Dosennya lagi pada sibuk, ada yang ngurusin PLPG, menguji skripsi, rapat ke fakultas, menjaga ujian SNMPTN dan tugas2 lain yang tidak gue ketahui secara pasti. Yang jelas, minggu2 ini gue sering sms ke Komting "Bu Dosen ada/tidak?" atau bertanya ke mbak kostku yang berangkat kuliah lebih pagi, "Mobilnya Pak Dosen ada/tidak?".

Sebagai mahasiswa pemalas yang super kompak (malas kok bangga --"), setiap kali ada tugas presentasi dan Dosen TIDAK MASUK, biasanya kelompok yang presentasi hanya membacakan judul makalah (saja) lalu meminta audience untuk mengajukan pertanyaan yang setelah itu pertanyaannya "dibungkus", artinya pertanyaan yg diajukan tidak langsung dijawab namun hanya ditampung dan akan dijadikan sebagai bahan laporan oleh kelompok presentator. Jadilah waktu kuliah kami ga nyampe lima menit udah selesai.

Alhasil gue bosen banget kalo cuma di kost mulu. Tivi uda bosen gue liatin, laptop uda pusing gue pantengin, bantal uda kumel gue kelonin. Setelah sholat istikharoh dan bermeditasi akhirnya gue mendapatka ide cemerlang untuk mengatasi kebosanan gue di kost. Yep! akhirnya gue sm mba Ratna melacong berkelana dan berpetualang ke Gramedia dengan semangat empat lima (super lebay, cuih!).

+ "Mau beli buku?"
- "aku sih, no!"
+ "Lah, mau ngapain dong?"
- "poto-poto" (nyengir kuda)
+ (jungkir balik, salto, tidur di tengah jalan) $%#@$%%^&^!

Nah, ini ni hasil jepret2 gaje di Gramed :
pose di atas hanyalah fiktif belaka



Usai poto2 gue n mba Ratna milih2 buku yang oleh2 atau lebih tepatnya buat "pantes2" uda masuk ke gramed.hahaha *LOL*
Kebetulan waktu itu lagi ada pameran buku murah di Gramed. Jadi deh, gue sama Mba Ratna pulang dengan membawa 3 buku dengan harga yang miring :)

Kesimpulan: ternyata masa 20th gue masih alay, *alamak*

p/s: kuliah yang bener, yg diatas itu contoh yg ga bener, maka DILARANG KERAS meniru kemalasan mahasiswa di atas! ><

Minggu, 27 Mei 2012

Observasi ABK

Hii everybody? How's life?

Kemarin aku dapat tugas Mata Kuliah Pendidikan ABK untu melakukan observasi di Sekolah Luar Biasa.
Kebetulan aku dan rombongan observasi di SLBN Semarang yang sangat amazing.

Pertama kami mendapatkan sambutan hangat dari Kepala Sekolah, Bapak Drs.Ciptono yang juga merupakan Founding Father sekolah ini. Kepala sekolah yang sangat ramah dan bijaksana, bersedia meluangkan waktu di sela2 kesibukannya untuk melayani mahasiswa yang hanya akan banyak merepotkan, huhu...terima kasih, Pak mudah2an Tuhan senantiasa membalas kebaikan Bapak, amin.

Setelah disambut dengan hangat oleh Bapak Cipto, kami diantar jalan-jalan mengelilingi sekolah bersama Pak Haris untuk melihat koridor sekolah. Sebelumnya kami mendapat penjelasan bahwa pelayanan ABK di SLBN Semarang dibagi menjadi tiga macam yaitu pelayanan Akademik, Keterampilan dan Terapi. "Sekolah memang orientasinya bukan ke Akademik, namun lebih kepada keterampilan agar anak2 berkebutuhan khusus ini nantinya bisa mandiri dan tidak selalu bergantung pada orang lain", Jelas Pak Haris.

Pertama kami di ajak masuk ke ruang Terapi. Disana ada beberapa ruangan yang digunakan untuk memberikan terapi kepada anak2 berkebutuhan khusus sesuai dengan ketunaannya masing2. Ada ruang fisioterapi dan yang lain aku lupa namanya.hehe

Dari ruang terapi perjalanan kami lanjutkan ke ruang keterampilan, ada ruang seni lukis, seni musik, salon kecantikan, dan lain2. kebetulan hari itu para siswa sedang jalan sehat, jadi kami tidak sempat mengobservasi pembelajaran mereka di kelas. Di ruang seni lukis kami benar2 terheran-heran melihat hasil lukisan anak2 tunagrahita khususnya anak2 autis yang sangat menawan. Aku mengaku kalah dengan hasil lukisan mereka. "Subhanallah...." gumamku.Tak menyangka di balik kepribadian mereka yang suka menyendiri dan sulit berkonsentrasi ternyata mereka memiliki kemampuan imajinasi dan daya seni yang begitu cemerlang. Tuhan sungguh adil!

Usai berjalan dari blok tuna netra, dan tuna rungu kami beristirahat di blok tuna grahita sembari melakukan tanya jawab bersama Pak Haris yang sedari tadi menemani perjalanan kami. "Kami hanya ingin berdedikasi untuk mereka, menjadikan sekolah ini sebagai surganya anak2" tuturnya.




 
hasil lukisan anak2 ADD/ADH






















ruang keterampilan otomotif
with Kharisma
ngeksis dulu ye
p/s: Tuhan Maha Adil, ya? :)


Minggu, 13 Mei 2012

Pengoptimalan UKM di Kampus PGSD sebagai Sarana Pengembang Bakat Mahasiswa


Oleh Ifa Iklassiyah

Bakat adalah kemampuan bawaan yang merupakan potensi yang masih perlu dikembangkan atau dilatih untuk mencapai suatu kecakapan, pengetahuan dan keterampilan khusus. Bakat bukanlah merupakan sifat tunggal, melainkan merupakan sekelompok sifat yang secara bertingkat membentuk bakat. Bakat baru muncul bila ada kesempatan untuk berkembang atau dikembangkan. Sehingga mungkin saja seseorang tidak mengetahui dan mengembangkan bakatnya sehingga tetap merupakan kemampuan yang latent.
            Salah satu cara untuk mengembangkan bakat dan minat Mahasiswa di kampus PGSD UNNES Karanganyar adalah melalui Unit Kegiatan Mahasiswa. Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) adalah wadah aktivitas kemahasiswaan untuk mengembangkan minat, bakat dan keahlian tertentu bagi para aktivis yang ada di dalamnya. Unit Kegiatan Mahasiswa sebetulnya adalah bagian/organ/departemen dari Dewan Mahasiswa. Ketika dilakukan pembubaran Dewan Mahasiswa, departemen-departemen Dewan Mahasiswa ini kemudian berdiri sendiri-sendiri menjadi unit-unit otonom di Kampus.
Unit Kegiatan Mahasiswa terdiri dari tiga kelompok minat : Unit-unit Kegiatan Olahraga, Unit-unit Kegiatan Kesenian dan Unit Khusus (Pramuka, Resimen Mahasiswa, Pers Mahasiswa, Koperasi Mahasiswa, Unit Kerohanian dan sebagainya). Di UNNES Kampus Sekaran terdapat beragam UKM yang membuka lebar kesempatan bagi mahasiswa untuk mengembangkan bakatnya. UKM tersebut banyak diminati oleh mahasiswa dari berbagai Jurusan di kampus Sekaran. Namun tidak dengan mahasiswa di Jurusan PGSD yang letaknya jauh dari Kampus Sekaran yaitu di Karanganyar.
Di Kampus PGSD sendiri terdapat empat macam UKM yaitu UKM Pramuka yang bergerak di bidang kepramukaan, UKM Korps Sukarela (KSR) yang bergerak di bidang kemausiaan, UKM Firdaus yang bergerak di bidang kerohanian dan UKM yang termuda yaitu UKM Warkop DKI yang bergerak di bidang Penulisan Karya Ilmiah.
Semua UKM tersebut banyak diminati oleh Mahasiswa PGSD. Namun dirasa kurang cukup ketika ratusan Mahasiswa PGSD yang memiliki beragam bakat hanya mendapatkan wadah empat UKM untuk mengembangkan bakatnya. Belum lagi adanya pembatasan daya tampung pada setiap UKM semakin menutup kesempatan mahasiswa untuk mengembangkan bakat dan minatnya. Hanya sebagian kecil saja dari ratusan mahasiswa yang mendapat kesempatan mengembangkan bakatnya melalui UKM yang ada di Kampus PGSD.
Sebagai solusi dari permasalahan yang telah disebutkan di atas, pada tahun ini Himpunan Mahasiswa (HIMA) PGSD berinisiatif untuk mengembangkan klub-klub kreatif sebagai wadah pengembangan bakat dan minat mahaiswa. HIMA bekerjasama dengan pihak Jurusan telah berhasil mengembangkan kurang lebih 20 klub yang bergerak di bidang olahraga, kesenian, teknologi, dan sebagainya. Dibukanya klub-klub tersebut mendapat sambutan hangat oleh para mahasiswa tkhususnya mahasiswa semester dua yang sangat berantusias dalam mengikuti setiap kegian kemahasiswaan di Kampus.
Setiap klub yang dikembangkan memiliki tutor yang ahli dalam bidangnya. Sebut saja Klub Tari yang dilaksanakan setiap Kamis sore dibimbing oleh dosen seni tari yang profesional. Sehingga mahasiswa mendapat keterampilan dalam bidang seni tari. Klub Tari PGSD juga telah berpartisipasi dalam ajang bergengsi Hari Tari Internasional di Institut Seni Indonesia Surakarta tahun ini. Selain ajang tersebut Klub Tari PGSD juga sering tampil dalam acara-acara besar di Jurusan maupun Fakultas.
Hal di atas menunjukkan bahwa sebenarnya setiap mahasiswa di PGSD memliki bakat dan minat yang jika terus dikembangkan dapat memunculkan prestasi-prestasi yang mengagumkan. Pihak Jurusan juga perlu selalu memberikan dukungan pada setiap kegiatan UKM baik dukungan moral maupun material berupa fasilitas-fasilitas pendukung. Fasilitas yang ada di PGSD seperti seperangkat gamelan akan sangat sayang jika hanya dibiarkan tanpa dimanfaatkan.

Minggu, 29 April 2012

UTS Asesmen Pembelajaran SD


UJIAN MID-SEMESTER
MATA KULIAH ASESMEN PEMBELAJARAN SD
Nama      :Ifa Ikhlassiyah
NIM        : 1401410192
Rombel   : 03
Dosen Pengampu : . Dr.Ali Sunarso, M.Pd.

Soal :
1.      Pertanyaan:
Jelaskan perbedaan  pengertian-pengertian yang berkaitan dengan evaluasi berikut ini, dan lengkapi dengan contoh-contohnya !
a.       Asesmen     dengan evaluasi,
b.      Penilaiaan   dengan pengukuran,
c.       Evaluasi formatif dengan evaluasi sumatif
d.      Pengevaluasian ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik
2.      Langkah pengambilan keputusan adalah inti kerja melakukan suatu evaluasi terhadap obyek yang dievaluasi. Pertanyaan:
a.       Apakah wujud keputusan yang  dimaksud tersebut ? beri contohnya !
b.      Apakah ada kesamaan dan perbedaan antara wujud keputusan yang diambil pada saat guru mengevaluasi siswa dengan pada saat guru melakukan asesmen institusi (lembaga)?
c.       Apakah ciri-ciri butir suatu tes disebut baik, jelaskan !
d.      Mengapa evaluasi harus berbasis pada tujuan dalam evaluasi pengajaran ?
3.      Seorang guru bila hendak mengajar harus memiliki Sillabus (kurikulum), RPP, mendeskripsikan SK, KD, dan indikator     Pertanyaan:
a.       Seberapa pentingkah peranan silabus, RPP, KD, SK dan indikator yang kita ketahui sebelum mengajar ? jelaskan!
b.      Apakah tolok ukur yang hendak dicapai dalam pengevaluasian ranah kognitif, ranah afektif dan psikomotorik ? bila ada persamaan dan perbedaan dari ketiga ranah tersebut jelaskan dan beri contohnya !
c.       Apakah  kurikulum itu ? dan apa pula yang dimaksud indikator dan kompetensi ? jelaskan !
d.      Sebutkan jenis-jenis evaluasi jika dikaitkan dengan fungsi dan tujuan evaluasi ! jelaskan masing-masing !
4.       Penskoran tes bentuk pilihan ganda ada 3 macam, yakni ; penskoran tanpa ada koreksi jawaban, penskoran ada koreksi jawaban, dan penskoran dengan butir beda bobot.
Pertanyaan :
a.       Pada suatu soal tes matapelajaran IPS kelas 5  bentuk pilihan ganda ada 40 butir. Aliya dapat menjawab benar 10. Berapakah score Aliya yang diperoleh jika menggunakan penskoran tanpa ada koreksi ?
b.      Pada suatu soal tes matapelajaran PKn kelas 4  bentuk pilihan ganda ada 50 butir, tiap butir terdiri  4 opsi pilihan. Jika dalam evaluasi tersebut Armahedi dapat menjawab benar 30 butir, menjawab salah 12, dan tidak dijawab ada 8 butir, berapakah score Armahedi yang diperoleh ?
5.      Buatlah contoh model penilaian portofolio lengkapilah dengan tabel fisualisasi sehingga guru-guru teman sejawat saudara dapat memahami kinerja saudara dari tampilan kolom-kolom yang saudarapola perbandingan antara asesmen kinerja dengan tes konvensional !
6.      Buatlah contoh model implementasi instrumen non-tes yang meliputi : asesmen kinerja, rubrik, dan portofolio untuk kelas yang saudara ajar, dengan contoh-contoh nyata !  

JAWABAN
1.      Perbedaan istilah yang berkaitan dengan evaluasi sebagai berikut:
a.       Perbedaan asesmen dan evaluasi
Asesmen merupakan proses untuk mendapatkan informasi dalam bentuk apapun yang dapat digunakan untuk dasar pengambilan keputusan tentang siswa baik yang menyangkut kurikulumnya, program pembelajarannya, iklim sekolah maupun kebijakan-kebijakan sekolah. Contoh asesmen adalah guru melakukan pengevaluasian pada akhir pembelajaran untuk mengetahui  hasil belajar.
Sedangkan evaluasi adalah proses pemberian makna atau penetapan kualitas hasil pengukuran dengan cara membandingkan angka hasil pengukuran tersebut dengan kriteria tertentu. Kriteria sebagai pembanding dari proses dan hasil pembelajaran tersebut dapat ditentukan sebelum proses pengukuran atau dapat pula ditetapkan sesudah pelaksanaan pengukuran. Kriteria ini dapat berupa proses/kemampuan minimal yang dipersyaratkan, atau batas keberhasilan, dapat pula berupa kemampuan rata-rata unjuk kerja kelompok dan berbagai patokan yang lain. Evaluasi merupakan bagian dari asesmen untuk mengetahui sejauh mana materi ajar KBM. Contoh evaluasi adalah pemberian soal pada akhir pembelajaran merupakan salah satu bentuk evaluasi untuk mengetahui ketercapaian proses belajar mengajar.
b.      Pengukuran dan penilaian
Penilaian adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar siswa atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) siswa. Penilaian menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang siswa. Penilaian bersifat kualitatif.
Perbedaan kedua pengertian di atas dapat dilihat dalam contoh berikut:
No
Objek
yang diamati
Alat ukur
Hasil
pengukuran
Kriteria
Penilaian
1.

Tinggi badan orang Indonesia

·         Andi
cm
158
<148 rendah
149-156 sedang
>157 tinggi



Tinggi
2.       
Hasl belajar IPS tentang SDA

·         Guntur


·         Shiddiq
Tes tertulis



30/60 ×100 =50

45/60×100 =75
>70 tidak tuntas
<70 tuntas




Tidak tuntas

Tuntas
Sedangkan Pengukuran adalah proses memperoleh angka untuk mengetahui tingkat dimana seorang siswa mencapai karakteristik tertentu melalui tes. Contoh pengukuran adalah dalam proses pembelajaran guru melakukan pengukuran proses dan hasil belajar siswa seperti angka 50, 70, atau 125 yang diperoleh dari hasil pengukuran proses dan hasil belajar bersifat kuantitatif tetapi belum memberikan makna apa-apa karena belum menyatakan tingkat kualitas dari apa yang hendak diukur.

c.       Evaluasi formatif dan sumatif
Evaluasi formatif yakni penilaian yang dilaksanakan pada setiap akhir pokok bahasan, tujuannya untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap pokok bahasan tertentu. Informasi dari evaluasi formatif dapat dipakai sebagai umpan balik bagi pengajar mengenai proses pengajaran.
Contoh evaluasi formatif yaitu soal formatif
Mapel : Matematika
Kelas/semester : IV/1
SK                   : Memahami bangun ruang beserta sifat-sifatnya
Soal pilihan ganda
1.      Berapakah jumlah rusuk kubus….
a.       12                                c. 6
b.      8                                  d. 4

Sedangkan Evaluasi Sumatif, yaitu penilaian yang dilakukan pada akhir satuan program tertentu, (catur wulan, semester atau tahun ajaran), tujuannya untuk melihat prestasi yang dicapai peserta didik selama satu program yang secara lebih khusus hasilnya akan merupakan nilai yang tertulis dalam raport dan penentuan kenaikan kelas. Contoh evaluasi sumatif yaitu soal ujian akhir semester.
d. Perbedaan tiga ranah pengevaluasian ranah kognitif, afektif dan psikomotorik dapat dilihat berikut:
Ranah Kognititf : adalah daya pikir, yang dibedakan atas enam jenjang, yaitu aspek pengetahuan, pemahanan, penerapan, analisis, sintesis  dan penilaian).
Contoh soal evaluasi kognitif :
Perubahan wujud benda dari cair ke gas disebut.....
a.       Pengembunan                      c. Penyubliman
b.      Pengupan                             d. pencairan
Ranah afektif diartikan sebagai internalisasi sikap yang menunjuk ke arah pertumbuhan batiniah. Jenjang kemampuan dalam ranah afektif yaitu: menerima ,menjawab, oganisasi.
Contoh evaluasi afektif:
Kelompok
Nama
Aspek yang dinilai
Jumlah skor
Ketepatan
Kedisiplinan
Kerjasama
4
3
2
1
3
2
1
3
2
1
I












II












         
          Keterangan Skor            :
10                    : A (Baik sekali)
8 - 9                 : B (Baik)
       6 - 7                 : C (Cukup)
         ≤ 5                 : D (Kurang)
Ranah Psikomotor : Berkaitan dengan gerakan tubuh atau bagian-bagiannya mulai dari yang sederhana sampai yang kompleks meliputi: Muscular or motor skill; mempertontonkan gerak, menunjukkan hasil, melompat, menggerakkan & menampilkan, Manipulations of materials or objects; mereparasi, menyusun, membersihkan, menggeser, memindahkan, dan membentuk, Neuromuscular coordination; mengamati, menerapkan, menghubungkan, menggandeng, memadukan, memasang, memotong, menarik, dan menggunakan.
Contoh evaluasi psikomotorik : menunjukan hasil percobaan perubahan wujud benda yang dilakukan
2   a. Wujud keputusan yang dimaksud adalah tindakan selanjutnya yang akan diambil atau dilakukan setelah melakukan penilaian. Tindakan selanjutnya tersebut harus disesuaikan dengan hasil penilaian.
Contoh :
Guru memutuskan apakah seorang siswa perlu mendapatkan pelajaran tambahan atau tidak.
b. Ada kesamaan dan perbedaan antara wujud keputusan yang diambil pada saat guru mengevaluasi siswa dengan pada saat guru melakukan asesmen institusi (lembaga).
Persamaan
Kedua proses evaluasi tersebut sama-sama menghasilkan keputusan guru untuk memberi keputusan atas penilaian yang telah dilakukan, seperti naik atau tidak naiknya siswa dan baik atau kurang baiknya kinerja para pegawai di institusi.
Perbedaan
Perbedaannya terletak pada subyek yang diberikan keputusan, yaitu siswa dan pegawai di institusi tertentu.
c. Ciri-ciri butir suatu tes disebut baik:
Ø Valid
Soal dikatakan valid bila dapat mengukur apa yang seharusnya diukur, validitas soal dapat dilihat dari kesesuaian soal dengan tujuan instruksional khusus dan tujuan pengukuran yang telah ditetapkan.
Ø  Relevan
Tes yang relevan mengandung soal-soal yang dapat mengukur kemampuan belajar sesuai dengan tingkat kemampuan yang ditetapkan dalam indikator pencapaian hasil belajar (Ranah kognitif, afektif dan psikhomotor).
Ø  Spesifik
Soal harus direncanakan sedemikian rupa agar jawabannya pasti dan tidak menimbulkan ambivalensi atau spakulasi dalam memberikan jawaban.
Ø  Representatif
Soal tes sebaiknya dikembangkan dari satuan materi yang jelas cakupannya, dan bersifat komprehensif dalam pengertian materi tes harus mencakup seluruh materi pengajaran, untuk itu seluruh pokok bahasan (sub pokok bahasan) idealnya harus terwakili dalam soal tes.
Ø  Seimbang
Soal tes dikatakan seimbang bila pokok bahasan yang terpenting mendapat porsi terbanyak dalam soal. Kalau dalam keadaan terpaksa hal tersebut tidak dapat dilakukan maka keseimbangan dapat dicapai dengan memberikan bobot yang berbeda pada pokok bahasan yang memiliki tingkat kesulitan yang berbeda.
Ø  Sensitif
Syarat ini berkait erat dengan taraf kesukaran soal, butir tes yang baik harus memiliki sensitivitas untuk membedakan siswa yang benar-benar menguasai materi dengan yang tidak, hal ini tidak akan tercapai bila soal terlalu sulit sehingga semua siswa tidak dapat mengerjakan, atau soal yang terlalu gampang sehingga semua siswa dapat mengerjakan dengan benar.
Ø  Fair
Tes hasil ujian hendaklah bersifat terbuka dalam pengertian tidak mengandung jebakan, jelas cakupan materinya, kejalasan norma yang dipakai serta kriteria keberhasilannya. Dalam pelaksanaannya obyektif, tidak merugikan kelompok tertentu.
Ø  Praktis
Dalam pengertian bahwa tes tidak sulit untuk dilaksanakan dilihat dari segi pembiayaan maupun pelaksanaanya. Tes yang baik harus efisien dan mudah untuk dilaksanakan.
d. Evaluasi harus berbasis pada tujuan dalam evaluasi pengajaran karena tujuan diadakannya evaluasi setelah proses pembelajaran adalah untuk mengetahui tingkat ketercapaian KBM, sehingga diperlukan alat indikator keberhasilan, yaitu melalui adanya evaluasi pengajaran yang isinya selaras dengan tujuan pembelajaran.
3.  a. Peranan Silabus, RPP, SK, KD dan Indikator sebelum mengajar
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. Dilihat dari pengertiannya sudah jelas silabus sangat penting dan harus dipersiapkan sebelum proses pembelajaran karena silabus sebagai patokan atau acuan dalam penyusunan rencana pembelajaran.
Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan telah dijabarkan dalam silabus. Lingkup Rencana Pembelajaran paling luas mencakup 1 (satu) kompetensi dasar yang terdiri atas 1 (satu) atau beberapa indikator untuk 1 (satu) kali  pertemuan atau lebih. RPP sangat penting karena isinya menjelaskan mengenai langkah pembelajaran yang dilakukan selama proses pembelajaran.
SK (Standar Kompetensi) merupaka kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan, sikap, dan keterampilan yag diharapkan dicapai pada setiap kelas dan atau semester pada suatu mata pelajaran
KD (Kompetensi Dasar)  adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta dalam suatu pelajaran.
Indikator Kompetensi adalahperilaku yang dapat diukur dan atau diobservasi untuk menunjukan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran.
SK dan KD dan indikator merupakan acuan dalam perencanaan penyusunan evaluasi pembelajaran sebagai tolak ukur mengenai ketercapaian tujuan pembelajaran
b. Tolak ukur yang hendak dicapai pada masing-masing ranah pembelajaran adalah sebagai berikut:
a. Ranah kognitif
Tingkat
Deskripsi
I.       Pengetahuan
Arti: Pengetahuan terhadap fakta, konsep, definisi, nama, peristiwa, tahun,daftar, rumus, teori, dan kesimpulan.

Contoh kegiatan belajar: mengemukakan arti, menamakan, membuat daftar, mendeskripsikan sesuatu, menceritakan apa yang terjadi,menguraikan apa yang terjadi.
II.      Pemahaman
Arti: Pengertian terhadap hubungan antar-faktor, antar konsep, dan antar-data, hubungan sebab-akibat, dan penarikan kesimpulan.
Contoh kegiatan belajar: mengungkapkan gagasan/pendapat dengan kata-katasendiri, membedakan, membandingkan, menceritakan kembali dengan kata-kata sendiri.
III.    Aplikasi
Arti: menggunakan pengetahuan untuk memecahkan masalah atau menerapkan pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari.
Contoh kegiatan belajar: menghitung kebutuhan, melakukan percobaan, membuat model, merancang strategi
IV.   Analisis
Arti: Menentukan bagian-bagian dari suatu masalah, penyelesaian, atau gagasan dan menunjukkan hubungan antar-bagian tersebut.
Contoh kegiatan belajar: mengidentifikasi faktor penyebab, merumuskan masalah, mengajukan pertanyaan untuk memperoleh informasi.
V.     Sintesis
Arti: menggabungkan berbagai informasi menjadi satu kesimpulan atau konsep atau meramu/merangkai berbagai gagasan menjadi suatu hal yang baru.
Contoh kegiatan belajar: membuat desain, , memprediksi, merancang pesawat sederhana, menciptakan produk baru.
VI.   Evaluasi
Arti: Mempertimbangkan dan menilai benar-salah, baik-buruk, bermanfaat-tak bermanfaat.
Contoh kegiatan belajar: mempertahankan pendapat, beradu argumentasi, memilih solusi yang lebih baik, menyusun kriteria penilaian, menulis laporan, menyarankan strategi baru.

b. Ranah afektif
Tingkat
Deskripsi
I. Penerimaan
(Receiving
Arti: Kepekaan (keinginan menerima/memperhatikan) terhadap fenomena dan stimuli atau menunjukkan perhatian yang terkontrol dan terseleksi.
Contoh kegiatan belajar: senang membaca puisi, senang mengerjakan soal matematika, senang membaca cerita
II. Responsi
(Responding)
Arti: Menunjukkan perhatian aktif, melakukan sesuatu dengan/tentang fenomena, setuju, ingin, puas meresponsi (menanggapi).
Contoh kegiatan belajar: mentaati aturan, mengerjakan tugas,
mengungkapkan perasaan, menanggapi pendapat, menunjukkan empati, menulis puisi, melakukan introspeksi.
III. Acuan nilai
(Valuing)
Arti: Menunjukkan konsistensi perilaku yang mengandung nilai, Termotivasi berperilaku sesuai dengan nilai-nilai yang pasti,
Tingkatan: menerima, lebih menyukai, dan menunjukkan komitmen terhadap suatu nilai.
Contoh kegiatan belajar: mengapresiasi seni, menghargai peran,
menunjukkan keprihatinan, menunjukkan alasan perasaan jengkel, melakukan upaya pelestarian lingkungan hidup,
IV. Organisasi
Arti: Mengorganisasi nilai-nilai yang relevan ke dalam satu sistem, Menentukan saling hubungan antar nilai, Memantapkan suatu nilai yang dominan dan diterima di mana-mana.
Tingkatan: Konseptualisasi suatu nilai dan Organisasi suatu sistem nilai.
Contoh kegiatan belajar: bertanggung jawab terhadap perilaku, merefleksi pengalaman dalam hal tertentu, membahas cara melestarikan lingkungan hidup, merenungkan makna ayat kitab suci bagi kehidupan.
V. Karakterisasi
(menjadi karakter)
Arti: Suatu nilai/sistem nilai telah menjadi karakter, Nilai-nilai tertentu telah mendapat tempat dalam hirarki nilai individu, diorganisasi secara konsisten, dan telah mampu mengontrol tingkah laku individu.
Contoh kegiatan belajar: rajin, tepat waktu, berdisiplin diri, mandiri dalam bekerja secara independen, objektif dalam memecahkan masalah,
mempertahankan pola hidup sehat.

c. Ranah Psikomotorik
Tingkat
Deskripsi
I. Gerakan refleks
Arti: Gerakan refleks adalah basis semua perilaku bergerak, Responsi terhadap stimulus tanpa sadar, misalnya: melompat, menunduk, berjalan, menggerakkan leher dan kepala, menggenggam, memegang.
Contoh kegiatan belajar: mengupas mangga dengan pisau, meniru gerakan daun berbagai tumbuhan yang diterpa angin.
II. Gerakan dasar
(Basic fundamental
movements)
Arti: Gerakan ini muncul tanpa latihan tapi dapat diperhalus melalui praktik, Gerakan ini terpola dan dapat ditebak.
Contoh kegiatan belajar:
Contoh gerakan tak berpindah; bergoyang, membungkuk, merentang, mendorong, menarik, memeluk, berputar.
Contoh gerakan berpindah: merangkak, maju perlahan-lahan, meluncur, berjalan, Contoh gerakan manipulasi: menyusun balok/blok, menggunting, menggambar dengan crayon, memegang dan melepas objek, blok, atau mainan. Keterampilan gerak tangan dan jari-jari: memainkan bola, menggambar.
III. Gerakan persepsi
(Perceptual
abilities)
Arti: Gerakan sudah lebih meningkat karena dibantu kemampuan perseptual.
Contoh kegiatan belajar: menangkap bola, membaca, melihat terbangnya bola pingpong, menggambar simbol geometri, menulis alfabet, mengulangi pola gerak tarian, membedakan bunyi beragam alat musik, membedakan suara berbagai binatang, membedakan berbagai tekstur dengan meraba.
IV. Gerakan
kemampuan fisik
(Psysical abilities)
Arti: Gerak lebih efisien, Berkembang melalui kematangan dan belajar.
Contoh kegiatan belajar: menggerakkan otot/sekelompok otot selama waktu tertentu, berlari jauh, mengangkat beban, menarik-mendorong, , melakukan
Senam.
V. Gerakan terampil
(Skilled
movements)
Arti: Dapat mengontrol berbagai tingkatan gerak, terampil, tangkas, cekatan melalukan gerakan yang sulit dan rumit (kompleks).
Contoh kegiatan belajar: melakukan gerakan terampil berbagai cabang olahraga, menari, membuat kerajinan tangan, mengetik, bermain piano, melakukan gerak, akrobatik.
VI.Gerakan indah dan
kreatif (Nondiscursive
communication)
Arti: Mengkomunikasikan perasaan melalui gerakan, Gerak estetik: gerakangerakan terampil yang efisien dan indah, Gerak kreatif: gerakan-gerakan pada tingkat tertinggi untuk mengkomunikasikan peran.
Contoh kegiatan belajar: kerja seni yang bermutu (membuat patung, melukis, menari balet, melakukan senam tingkat tinggi, bermain drama (acting), keterampilan olahraga tingkat tinggi.

c. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
     Indikator adalah bukti yang menunjukan telah dikuasainya kompetensi dasar.
     Kompetensi adalah seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggungjawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas dibidang pekerjaan tertentu atau kompetensi merupakan keseluruhan sikap, keterampilan dan pengetahuan yang dinyatakan dengan ciri yang dapat diukur.
d. Jenis tes berdasarkan fungsi dan tujuan penyelenggaraanya

     a) Tes Seleksi (Selection Test)
Tes seleksi diselenggarakan untuk memilih peserta guna diikutsertakan dalam kegiatan yang menuntut kemampuan tertentu. Penentuan jenis kemampuan dan tingkat penguasaan pada tes seleksi, sepenuhnya tergantung pada kebutuhan akan kemampuan yang dibutuhkan untuk dapat mengikuti kegiatan. Dengan demikian, berdasarkan hasil tes seleksi, seseorang dapat dinyatakan diterima atau berhasil dan tidak diterima atau tidak lolos untuk mengikuti program kegiatan yang direncanakan.
b) Tes Penempatan (Placement Test)
Tes penempatan umumnya diselenggarakan menjelang dimulainya suatu program pengajaran, dengan maksud untuk menempatkan seseorang pada kelompok yang sesuai dengan tingkat kemampuan yang dimilikinya.
c) Tes Hasil Belajar (Achievement Test)
Tes hasil belajar tentu tidak lagi asing bagi Saudara. Brown (2004) memberikan pengertian tes hasil belajar merupakan “a test to see how far students achieve materials addressed in a curriculum within a particular time frame”. Hasil belajar yang diungkap lewat tes hasil belajar dapat mengacu pada hasil pengajaran secara keseluruhan pada akhir penyelenggaraan atau pada kurun waktu tertentu.
d) Tes Diagnostik (Diagnostic Test)
Tes diagnostik sengaja dirancang sebagai alat untuk menemukan kesulitan belajar yang sedang dihadapi siswa. Hasil tes diagnostik dapat digunakan sebagai dasar penyelenggaraan pengajaran yang lebih sesuai dengan kemampuan siswa termasuk kesulitan-kesulitan belajarnya. Tes ini dilakukan apabila diperoleh informasi bahwa sebagian besar peserta didik gagal dalam mengikuti proses pembelajaran pada mata pelajaran tertentu.
e) Evaluasi Formatif, yakni penilaian yang dilaksanakan pada setiap akhir pokok bahasan, tujuannya untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap pokok bahasan tertentu. Informasi dari evaluasi formatif dapat dipakai sebagai umpan balik bagi pengajar mengenai proses pengajaran.
f) Evaluasi Sumatif, yaitu penilaian yang dilakukan pada akhir satuan program tertentu, (catur wulan, semester atau tahun ajaran), tujuannya untuk melihat prestasi yang dicapai peserta didik selama satu program yang secara lebih khusus hasilnya akan merupakan nilai yang tertulis dalam raport dan penentuan kenaikan kelas.

4. a. Penskoran tanpa koreksi
          Yaitu cara penskoran dengan cara setiap butir soal yang dijawab benar mendapat nilai satu, sehingga jumlah skor yang diperoleh peserta didik adalah dengan menghitung banyak butir soal yang dijawab. Jadi,
         
          Skor = ×100
          Jadi, ×100 = 25 adalah skor yang diperoleh Aliya
b. Penskoran ada koreksijawaban adalah pemberian skor dengan memberikan pertimbangan padabutir soal yang dijawab salah dan tidak dijawab. Rumusnya sebagai berikut:
    
   Skor = ×100
            Jawab :
            B= 30, S=12, P=4, N= 50  jadi ,
 
   
             = 52, adalah skor yang diperoleh Armahedi
5. Contoh Penilaian Portofolio

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Alokasi Waktu : 1 Semester
Sampel yang dikumpulkan : surat tidak resmi
Nama Siswa : _________________ Kelas :

No.
SK/KD
Periode
Aspek yang dinilai
Ket
Tata bahasa
Ejaan
Sistematika surat

1
Menulis surat pengalaman





Catatan: karya siswa sesuai dengan standar kompetensi, kompetensi dasar dan aspek yang dinilai

Perbandingan antara Asesmen kinerja dengan tes konvensional
No.
Asesmen Kinerja
Tes Konvensional
1.
Mementingkan kemampuan siswa dalam menerapkan pengetahuannya menjadi unjuk kerja yang dapat diamati atau produk yang dihasilkan.
Lebih mengutamakan pemahaman konsep siswa atau aspek kognitifnya saja
2.
Membutuhkan waktu yang banyak untuk membuat dan melaksanakan tetapi menghasilkan format penilaian yang dapat digunakan berulang-ulang pada siswa yang sama atau siswa baru.
Membutuhkan waktu yang banyak untuk pelaksanaannya, lebih cepat dan dapat digunakan untuk siswa dengan jumlah banyak secara serentak, tetapi digunakan hanya sekali untuk sekelompok siswa.
3.
Memungkinkan untuk mendiagnosis dan meremidiasi kinerja siswa dan memeta-kan kemajuan siswa sepanjang waktu.
Memungkinkan untuk mendiagnosis dan meremidiasi kinerja siswa tetapi hanya untuk soal uraian terbuka (open ended).
4.
Menuntut siswa untuk berfikir tingkat kritis
Memfokuskan pembelajaran pada materi pelajaran.
 
Copyright Learning, Sharing and Loving 2009. Powered by Blogger.Designed by Ezwpthemes .
Converted To Blogger Template by Anshul .