Assalamu'alaikum....
Selamat pagi, apa kabar semua??
Masih semangat kan puasanya? :)
Alhamdulillah ya kita udah memasuki hari ke-3 di Bulan Ramadhan ini. Nah biasanya ni di awal Ramadhan kalo puasa masih suka agak2 lemes gitu karena belum terbiasa. Kayak aku nih biasanya kalo udah jam 3 sore, beuh...udah lemes deh kayak ikan kehabisan air.hihihi makanya dulu jaman kelas 1-2 SD aku masih ngalamin tuh yg namanya puasa dzuhur, puasa ashar....hehehe tapi aku salut loh sama anak2 jaman sekarang mash kecil2 udah pada kuat puasa sebulan penuh! hebat! *cium kalian sayaaang*
Nah biar puasanya ga lemes n tetep bugar, aku punya beberapa tips ni yang mungkin bisa membantu kalian. Oke langsung aja ya, check this out!
1. Makan sahur
Usahakan untuk tak melewatkan
makan sahur. Meski Anda mengantuk dan harus bangun di malam hari, namun
makan sahur sangat penting untuk memberikan nutrisi yang cukup bagi Anda
selama berpuasa.
Nah, buat kalian yang suka ngebow aku saranin jangan begadang n jangan lupa pasang alarm minimal 3 benda yg distel bersamaan yah! oya jangan lupa taruh benda2 itu di dekat telinga pada saat tidur. kalo masih ga bangun juga coba ke THT deh, hehe
2. Batasi asupan lemak
Batasi makanan lemak
saat berbuka puasa. Saat berbuka kemungkinan besar Anda akan langsung
makan tanpa memikirkan kadar lemak yang dikandung makanan tersebut.
Makanan manis seperti kurma sangat cocok untuk menambah energi saat awal
berbuka puasa.
Kalo ga ada kurma bisa juga dg ngemut gula jawa loh guys!
3. Ikuti anjuran Rasul dengan aturan 1/3
Rasulullah SAW menganjurkan kita untuk mengonsumsi 1/3 makanan, 1/3 cairan, dan menyisakan 1/3 ruang untuk udara.
Nahloh...tahan napsu ya jangan dipenuhi dg makanan semua perutnya tar kekenyangan jd males tarawih?hihihi
4. Konsumsi sayur dan buah-buahan
Buah-buahan
segar banyak dijual selama puasa dan waktu berbuka. Jangan lewatkan
kesempatan ini. Pastikan Anda juga mengonsumsi buah-buahan yang kaya
vitamin.
Oke tapi plis jangan makan mangga muda sama sambel waktu sahur kalo ga mau mules!
5. Berjalan setelah berbuka puasa
Setelah
berbuka dan kekenyangan kebanyakan orang akan merasa malas dan mengantuk
Untuk menyiasati hal ini, Anda bisa berjalan-jalan di sekitar rumah
Anda setelah berbuka. Tak perlu terlalu jauh. Dengan berjalan dan
merasakan perubahan suasana puasa akan membangkitkan kesegaran tubuh
Anda, sehingga Anda tak malas untuk melakukan kegiatan selanjutnya.
Wah pas banget nih mau bulan Agustus bisa skalian buat latihan Lomba Gerak Jalan (?)
6. Sholat tarawih
Selain sebagai bentuk
ibadah, sholat tarawih juga memiliki manfaat kesehatan. Ketika melakukan
sholat tarawih, tubuh Anda melakukan banyak gerakan. Ini akan membuat
tubuh tetap segar dan aktif. Selain itu, sholat tarawih juga bisa
meningkatkan konsentrasi, stamina, serta menjalin silaturahmi.
Beneran sholat ya, ga janjian loh? hayo-hayo....hihihi
7. Sempatkan tidur siang singkat
Para ahli
menyatakan bahwa tidur siang tak harus dalam waktu yang lama. Sekitar 15
menit tidur siang sudah cukup untuk membuat tubuh Anda segar kembali.
Carilah empat yang tenang dan sempatkan diri Anda untuk tidur siang. Ini
baik untuk mengganti jam tidur yang kurang di malam hari.
Berhubung tidurnya orang puasa itu ibadah, aku suka tidur siang lama bgt biar pahalanya juga banyak wkwk (niat ibadah apa emang suka malas2an?) ><
Nah, selamat mencoba ya kawan :)
tetep semangat n have a nice Ramadhan :D
Tips diadaptasi dari http://www.merdeka.com/sehat/7-cara-tetap-bugar-saat-puasa-ramadan.html
Senin, 23 Juli 2012
Minggu, 01 Juli 2012
PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA MELALUI
PEMBELAJARAN SASTRA
ARTIKEL KONSEPTUAL
ARTIKEL KONSEPTUAL
Oleh
Ifa Iklassiyah
Ifa Iklassiyah
Email: ifa_ikhlass@yahoo.com
ABSTRAK
Pembelajaran sastra diyakini dapat membantu
proses pembentukan karakter siswa. Kegiatan membaca,
mendengarkan, dan menonton karya sastra pada hakikatnya menanamkan
karakter tekun, berpikir kritis, dan berwawasan luas. Apresiasi sastra akan berjalan baik jika
didasari oleh minat yang tinggi pada karya sastra.. Keberadaan
pembelajaran sastra dalam upaya membangun karakter siswa dapat terwujud dengan
adanya minat siswa, karya sastra, guru yang kompeten dalam bidang pengajaran
dan pembelajaran sastra.
Kata kunci: karakter, siswa, pembelajaran sastra
PENDAHULUAN
Akhir-akhir ini, pendidikan karakter
banyak dan sering menjadi pembahasan berbagai kalangan, terutama kalangan
pendidikan. Hal ini terdorong oleh adanya fakta bahwa siswa sebagai produk
pendidikan belum kuat secara kemanusiaan, serta kepribadiannya masih lemah
sehingga mudah terpengaruh oleh hal-hal dari luar. Selain itu, semangat untuk
belajar, berdisiplin, beretika, bekerja keras, dan sebagainya kian menurun.
Peserta didik banyak yang tidak siap untuk menghadapi kehidupan sehingga dengan
mudah meniru budaya luar yang negatif, terlibat di dalam amuk massa, melakukan
kekerasan di sekolah atau kampus, dan sebagainya. Meningkatnya kemiskinan,
menjamurnya budaya korupsi, munculnya plagiarisme, menguatnya politik uang, dan
sebagainya merupakan cerminan dari kehidupan yang tidak berkarakter kuat untuk
menuju bangsa yang berperadaban maju.
Karakter merupakan kata serapan dari bahasa
Inggris, character, yang belum dibakukan oleh Pusat Bahasa dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI). Yang ada dalam KBBI hanya padanannya, yakni watak,
yang diartikan sebagai sifat batin manusia yang mempengaruhi segenap pikiran
dan tingkah lakunya. Padanan dari watak, menurut KBBI, adalah budi pekerti dan
tabiat. Kata karakter justru diakomodasi oleh Leksikon Sastra Indonesia ,
dan dimaknai sebagai watak atau sifat-sifat kejiwaan (akhlak, budi pekerti,
tabiat, etos) yang membedakan seseorang dengan orang lain.
Karakter
atau watak seseorang, selain bawaan sejak lahir (genetik), juga terbentuk
oleh pendidikan, sejak pendidikan di dalam keluarga sampai di sekolah, serta
pengaruh nilai-nilai yang beredar dalam masyarakat dan lingkungan yang
menumbuhkannya. Setiap orang memiliki bawaan genetik yang berbeda serta tumbuh
dalam lingkungan pendidikan dan pergaulan yang relatif berbeda. Keadaan
tersebut menjadikan alasan tumbuhnya karakter-karakter tertentu yang melekat
pada sosok-sosok pribadi yang unik, sejak karakter yang lemah dan buruk
(konsumtif, malas, gampang menyerah, kasar, suka menerabas, pembohong, khianat,
dan korup) sampai karakter yang baik dan unggul (kreatif, rajin, pekerja keras,
ulet, santun, jujur, amanah, adil, dan bertanggung jawab).
Siswa
adalah generasi muda, generasi penerus, yang akan menjadi pemilik masa depan
bangsa. Akan seperti apa wajah bangsa Indonesia di masa depan sangat tergantung
pada bagaimana pembentukan karakter siswa sejak sekarang. Ketika masyarakat seperti
kehilangan harapan pada para elit politik dan pemimpin bangsa (penguasa) saat
ini, maka harapan masyarakat tinggal bergantung pada para pemilik masa depan
itu. Karena itu, membangun karakter siswa sejak sekarang menjadi pekerjaan
bersama (khususnya para guru dan orang tua) yang amat penting. Pengajaran di
sekolah, termasuk pengajaran sastra, menjadi tumpuan yang sangat vital.
Jika kita gagal membentuk karakter yang positif dan unggul pada diri siswa,
bisa-bisa masa depan bangsa ini akan makin terpuruk, kehilangan harapan, atau
setidaknya akan kehilangan kepribadian dan gampang dijajah serta ”diperbudak”
oleh bangsa lain yang lebih adidaya.
Sastra secara etimologis berarti alat untuk
mendidik, sehingga bersifat didaktis. Hal ini sesuai dengan fungsi sastra yaitu dulce
et ulite (nikmat dan bermanfaat). Kebermanfaatannya diketahui karena
sastra di dalamnya terkandung amanat yaitu nilai moral yang bersesuaian
dengan pendidikan karakter. Banyak karya sastra lama dan modern yang mengandung
pendidikan karakter, seperti kemanusiaan, harga diri, kritis, kerja keras,
hemat.
Peran sastra dalam pembentukan karakter
siswa tidak hanya didasarkan pada nilai yang terkandung di dalamnya. Pembelajaran sastra yang relevan untuk
pengembangan karakter peserta didik adalah pembelajaran yang memungkinkan
peserta didik tumbuh kesadaran untuk membaca dan menulis karya sastra yang
akhirnya mampu meningkatkan pemahaman dan pengertian tentang manusia dan
kemanusiaan, mengenal nilai-nilai, mendapatkan ide-ide baru, meningkatkan
pengetahuan sosial budaya, berkembangnya rasa dan karsa, serta terbinanya watak
dan kepribadian. Pembelajaran sastra yang bersifat apresiatif pun sarat
dengan pendidikan karakter. Kegiatan membaca, mendengarkan, dan menonton karya
sastra pada hakikatnya menanamkan karakter tekun, berpikir kritis, dan
berwawasan luas. Pada saat yang bersamaan dikembangkan kepekaan perasaan
sehingga pembaca cenderung cinta kepada kebaikan dan membela kebenaran.
PEMBAHASAN
Pendidikan memang bukanlah sekadar
transfer pengetahuan (transfer of knowledge), tapi alat
wahana pembentukan kepribadian (character building),
mulai dari pola pikir, kejiwaan dan pola tingkah laku (attitude). Oleh sebab itu, muncullah kesadaran tentang
perlu dikembangkannya kembali pendidikan karakter di sekolah. Salah satu cara
yang dapat dilakukan untuk menanamkan pendidikan karakter adalah melalui
pembelajaran apresiasi sastra. Pembelajaran apresiasi sastra mampu dijadikan
sebagai pintu masuk dalam penanaman nilai-nilai moral. Nilai-nilai moral,
seperti kejujuran, pengorbanan, kepedulian sosial, cinta tanah air, psikologis,
demokrasi, santun, dan sebagainya, banyak ditemukan dalam karya-karya sastra.
Baik puisi, cerita pendek, novel, maupun drama. Hal ini tentu dapat dikaitkan
dengan fungsi utama sastra yaitu memperhalus budi, peningkatan rasa kemanusiaan
dan kepedulian sosial, penumbuhan apresiasi budaya, penyaluran gagasan,
penumbuhan imajinasi, serta peningkatan ekspresi secara kreatif dan
konstruktif.
Dalam kurikulum disebutkan bahwa
tujuan pembelajaran sastra dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia antara lain
adalah menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan,
memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan
berbahasa. Pembelajaran sastra diyakini dapat membantu proses pembentukan karakter
siswa, karena di dalam karya sastra terkandung nilai-nilai positif, sejak
nilai-nilai budaya, sosial, moral, kemanusiaan, hingga agama. Melalui
apresiasi sastra, siswa dapat mempertajam perasaan, penalaran, daya khayal,
serta kepekaan terhadap masyarakat, budaya, dan lingkungan kehidupannya.
Dengan membaca sastra, pembaca akan
bertemu dengan bermacam-macam orang dengan bermacam-macam masalah. Melalui
sastra, pembaca diajak berhadapan dan mengalami secara langsung kategori moral
dan sosial dengan segala parodi dan ironinya. Ruang yang tersedia dalam karya
sastra itu membuka peluang bagi pembaca untuk tumbuh menjadi pribadi yang
kritis pada satu sisi, dan pribadi yang bijaksana pada sisi lain. Pribadi yang
kritis dan bijaksana ini bisa terlahir karena pengalaman seseorang membaca
sastra telah membawanya bertemu dengan berbagai macam tema dan latar serta
berbagai manusia dengan beragam karakter. Sastra dalam banyak hal memberi
peluang kepada pembaca untuk mengalami posisi orang lain, yang menjadikannya
berempati kepada nasib dan situasi manusia lain. Melalui sastra,
seseorang dapat mengalami menjadi seorang dokter, guru, gelandangan,
tukang becak, ulama, ronggeng, pencuri, pengkhianat, pengacara, rakyat kecil,
pejabat, dan sebagainya.
Meski sifatnya fiktif, dalam setiap
karya sastra terkandung tiga muatan: imajinasi, pengalaman, dan nilai-nilai.
Melalui kegiatan apresiasi sastra, kecerdasan siswa dipupuk hampir dalam semua
aspek. Apresiasi sastra melatih kecerdasan intelektual (IQ), misalnya dengan
menggali nilai-nilai intrinsik dalam karya sastra, seperti tema, amanat, latar,
tokoh, dan alur cerita. Juga mengembangkan kecerdasan emosional (EQ) siswa,
misalnya sikap tangguh, berinisiatif serta optimis menghadapi persoalan hidup,
dan sebagainya. Hal ini dapat terjadi karena sastra merupakan cerminan
kehidupan masyarakat dengan segala problem kehidupannya. Mempelajari sastra
berarti mengenal beragam kehidupan beserta latar dan watak tokoh-tokohnya.
Membaca kisah manusia yang bahagia dan celaka, serta bagaimana seorang manusia
harus bersikap ketika menghadapi masalah, akan menuntun siswa untuk memahami
nilai-nilai kehidupan. Sedangkan sastra dapat mengembangkan kecerdasan
spiritual (SQ) tentu tak dapat pula kita mungkiri. Sebut saja karya sastra yang
bertema religius seperti puisi Padamu Jua (Amir
Hamzah), cerpen Robohnya Surau Kami (A.A.
Navis), dan sebagainya. Karya sastra dengan tema-tema religius semacam ini akan
menuntun siswa lebih memahami hubungan antara manusia dengan Tuhannya.
Apresiasi
sastra akan berjalan baik jika didasari oleh minat yang tinggi pada karya sastra.
Minat adalah kecenderungan hati yang tinggi atau gairah terhadap sesuatu. Maka,
‘minat pada sastra’ dapat diartikan sebagai kecenderungan hati yang tinggi
(gairah) pada sastra, yakni seseorang yang memiliki keinginan kuat untuk
menggauli sastra, baik mencipta maupun sekadar menikmatinya sebagai rekreasi batin.
Seseorang yang meminati sastra akan merasa hampa jika dalam waktu tertentu
tidak bersentuhan dengan sastra, dan karena itu ia akan selalu rindu untuk
membaca karya sastra.
Sebaliknya,
seseorang yang tidak meminati sastra, tidak akan terdorong untuk membaca, dan
apalagi mencipta, karya sastra. Orang yang demikian, umumnya memiliki apresiasi
sastra yang rendah, bahkan banyak yang tidak memiliki apresiasi sama sekali.
Jika karakter yang demikian ada pada siswa, atau sebagian besar siswa, maka
kita akan berhadapan dengan para siswa yang sulit untuk diajak mengapresiasi
karya sastra, apalagi belajar menciptanya Rendahnya minat siswa pada sastra
itulah sebenarnya tantangan utama pengajaran sastra di sekolah, tantangan yang
pertama-tama dihadapi oleh guru sastra, selain hambatan kurikulum dan sistem
pengajaran sastra, kurangnya buku-buku sastra di perpustakaan sekolah,
rendahnya kualitas buku pelajaran sastra, dan rendahnya kualitas sang guru
sendiri.
Sebagian
orang berpendapat bahwa yang namanya minat seseorang, termasuk minat pada karya
sastra, tidak dapat dipaksakan. Karena, minat datang dari dalam hati. Begitu
juga minat siswa pada sastra, tidak dapat dipaksanakan. Pendapat tersebut
memang ada benarnya, tetapi bukan harga mati. Sebab, minat seseorang, seperti
halnya selera, dapat dibangun secara pelan-pelan tapi pasti. Begitu juga minat
siswa pada sastra, dapat dibangun melalui praktek pengajaran sastra yang benar
dengan menciptakan situasi pengajaran yang mampu mendorong siswa pelan-pelan
meminati karya sastra.
Langkah
pertama, adalah menciptakan suasana belajar-mengajar yang menarik dan
menyenangkan agar siswa merasa enjoy di dalamnya, atau dapat menikmati proses
belajar sastra dengan menyenangkan. Penciptaan situasi yang demikian ini
menuntut kreativitas guru dalam mengajar, dan tidak bisa hanya bertumpu pada
cara mengajar yang konvensional di depan kelas. Cara-cara sebagai berikut dapat
dipertimbangkan:
1. Mengajak
siswa ke luar kelas, ke taman atau kebun terdekat. Cara ini dapat dicoba untuk
mengajar menulis puisi. Dalam belajar menulis puisi, para siswa dapat
diperkenalkan dengan berbagai fenomena alam yang puitis, seperti gerak
daun jatuh, desir suara angin, bunga yang mekar, burung yang bermain-main
di dahan, atau kepak sayap kupu-kupu yang berpindah-pindah dari satu bunga ke
bunga lainnya. Siswa diminta untk menuliskan fenomena alam itu dengan
baris-baris kalimat yang puitis.
2. Belajar
di luar ruang juga dapat dipilih untuk mengajarkan menulis cerpen, misalnya ke
kantin, taman, kebun, atau pinggir jalan. Siswa dapat diminta mengamati dan
memilih satu potret kehidupan yang dilihatnya. Misalnya, seorang anak penyemir
sepatu, lalu diminta membayangkan anak itu rajin bekerja untuk mengumpulkan
uang guna pengobatan ibunya yang sakit di rumah. Nah, siswa diminta mengembangkan
imajinasinya ini menjadi sebuah cerita pendek.
3.
Dalam mengajarkan apresiasi sastra, misalnya
membahas puisi, cerpen atau novel, bias saja siswa diajak ke suatu tempat untuk
mendiskusikannya secara santai dan terbuka. Untuk cerpen dan novel, tentu siswa
perlu membacanya dulu di rumah. Jika ingin tetap di dalam kelas, tentu guru
perlu menciptakan suasana diskusi yang menyenangkan dan membuat anak berani
berbicara.
4.
Dalam mengajarkan membaca puisi, berbagai
cara dapat dipilih. Misalnya, menayangkan dulu video penyair terkenal sedang
membaca puisi, menghadirkan deklamator terkenal ke depan kelas, atau
menyiasatinya dengan berbagai model penyajian puisi yang langsung melibatkan
anak, seperti membaca puisi secara kolektif dan musikalisasi puisi, yang dapat
membuat anak gembira.
5.
Setelah sesi-sesi di atas masing-masing
dilalui, barulah siswa dikumpulkan di dalam kelas, diberi pengetahuan sastra
yang sesuai dengan masing-masing sesi tersebut di atas. Dari sini, pengetahuan
sastra siswa dapat diperluas ke teori dan sejarah sastra yang diperlukan.
Langkah
kedua adalah memberi penghargaan pada siswa yang unggul dalam pelajaran sastra.
Misalnya, memberi hadiah buku sastra pada siswa yang puisi atau cerpennya
dinilai terbaik, juga pada siswa yang membaca puisi atau cerpennya dinilai
paling bagus, serta pada siswa pembahasan atau pendapatnya paling pas saat
membahas karya sastra. Akan lebih seru lagi kalau dalam memilih yang terbaik
itu melibatkan seluruh siswa. Misalnya, semua puisi siswa ditempel pada papan
tulis dan semua siswa ikut menilainya.
Tetapi dalam
menilai pembacaan puisi, tentu akan menghadapi problem waktu. Hal ini dapat
diatasi dengan mengelompokkan siswa, misalnya ke dalam lima kelompok, dan
masing-masing kelompok memilih seorang siswa wakilnya untuk beradu baca puisi
dengan wakil kelompok lain. Dengan cara demikian, suasana bermain yang
menyenangkan akan tercipta tanpa melupakan pokok pelajaran sastranya. Jadi,
semi belajar sambil bermain.
Langkah
ketiga adalah menyediakan ruang berekspresi bagi siswa yang berbakat di bidang
sastra. Misalnya, menyediakan majalah dinding atau majalah sekolah untuk
menampung karya-karya siswa, baik puisi, cerpen, esei, maupun resensi, dan yang
karyanya dimuat mendapatkan hadiah buku sastra. Perlu juga diadakan lomba baca
puisi tengah tahunan (menjelang libur atau awal liburan) untuk mendorong minat
siswa dan menemukan bakat siswa dalam baca puisi.
Langkah
berikutnya adalah meyakinkan pada siswa bahwa sastra itu penting untuk
diapresiasi, karena di dalamnya terkandung nilai-nilai positif yang penting
diketahui dan dihayati oleh siswa. Yakinkan, bahwa manusia yang berbudaya
adalah manusia yang cinta sastra, maka jika ingin dianggap manusia berbudaya, cintailah
sastra dan bacalah karya-karya sastra. Yakinkan pula bagi yang berbakat menulis
puisi atau cerpen agar terus menekuninya sebagai hobi yang positif, yang akan
sangat bermanfaat dan member nilai plus bagi mereka kelak.
Melalui langkah-langkah kecil seperti di
atas diharapkan dapat terbangun minat siswa terhadap sastra. Apabila minat
siswa terhadap karya sastra terbangun maka siswa akan mulai berhadapan dengan
nilai-nilai yang terkandung di dalamnya dan secara mandiri siswa akan mengenal
serta menyerap nilai-nilai moral, agama, budaya dan sebagainya. Dengan demikian
bukan tidak mungkin karakter siswa akan terbangun menjadi karakter yang
diidealkan masyarakat. Keberadaan pembelajaran sastra dalam upaya membangun
karakter bangsa dapat terwujud dengan adanya minat anak, karya sastra anak,
guru yang kompeten dalam bidang pengajaran dan pembelajaran sastra. Tanpa
adanya unsur tersebut pembelajaran sastra hanya akan menjadi hiburan, sarana
rekreasi saja.
PENUTUP
Pembelajaran sastra diyakini dapat
membantu proses pembentukan karakter siswa, karena di dalam karya sastra
terkandung nilai-nilai positif, sejak nilai-nilai budaya, sosial, moral,
kemanusiaan, hingga agama. Seraya menghibur, sastra menawarkan pathos,
nilai kearifan, kedalaman perenungan, dan menjadi semacam model-model perilaku
yang dikandungnya. Melalui apresiasi sastra, siswa dapat mempertajam
perasaan, penalaran, daya khayal, serta kepekaan terhadap masyarakat, budaya,
dan lingkungan kehidupannya.
Karya
sastra bisa menjadi medium yang strategis untuk mewujudkan tujuan mulia yang
dimaksud dalam perencanaaan pembangunan karakter melalui pendidikan . Melalui
karya sastra, anak-anak sejak dini bisa melakukan olah rasa, olah batin, dan
olah budi secara intens sehingga secara tidak langsung anak-anak memiliki
perilaku dan kebiasaan positif melalui proses apresiasi dan berkreasi melalui
karya sastra. Melalui karya sastra, siswa akan mendapatkan pengalaman baru dan
unik yang belum tentu bisa mereka dapatkan dalam kehidupan nyata. Pendidikan
karakter mempunyai makna lebih tinggi dari pendidikan moral, karena bukan
sekadar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah, lebih dari itu
pendidikan karakter menanamkan kebiasaan tentang hal yang baik sehingga siswa
didik menjadi paham (ranah kognitif) tentang mana yang baik dan salah, mampu
merasakan (ranah afektif) nilai yang baik, dan mau melakukannya (ranah
psikomotor).
Dalam
konteks demikian, pengajaran apresiasi sastra memiliki kontribusi penting dalam
upaya melahirkan generasi yang cerdas dan bermoral seperti yang diharapkan. Ini
artinya, mau atau tidak, institusi pendidikan harus memosisikan diri menjadi
“benteng” utama apresiasi sastra melalui pengajaran yang dikelola secara tepat,
serius, dan optimal. Keberadaan pembelajaran sastra dalam upaya membangun
karakter siswa dapat terwujud dengan adanya minat siswa, karya sastra, guru
yang kompeten dalam bidang pengajaran dan pembelajaran sastra. Tanpa adanya
unsur tersebut pembelajaran sastra hanya akan menjadi hiburan, sarana rekreasi
saja.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Peran Sastra dalam Menumbuhkan Karakter Bangsa.
(http://publiksastra.net/peran-sastra-dalam-pembentukan-karakter-bangsa-2/,
diakses pada 1 Juni 2012)
Herfanda,
Ahmadun Yossi.2011. Membentuk Karakter
Siswa dengan Pengajaran Sastra.
(http://sembahyangrumputan.blogspot.com/2011/05/membembentuk-karakter-siswa-dengan.html,
diakses pada 1 Juni 2012)
Hidayatullah.
2012. Pembelajaran Sastra Anak Membangun
Karakter Bangsa.
(http://bangpek-kuliahsastra.blogspot.com/2012/01/pembelajaran-sastra-anak-membangun.html,
diakses pada 1 Juni 2012)
Patria,
Bekti. 2010. Pembelajaran Apresiasi
Sastra sebagai Wahana Penanaman Karakter
kepada Siswa.( http://bektipatria.wordpress.com/2010/09/01/sastra-dan-pendidikan-karakter/,
diakses pada 1 Juni 2012)
Label:
learn
Senin, 11 Juni 2012
Jalan2 ke Gramedia
Semoga kabar kalian juga baik,ya? amiin :)
Kuliah lagi sering kosong nih. Dosennya lagi pada sibuk, ada yang ngurusin PLPG, menguji skripsi, rapat ke fakultas, menjaga ujian SNMPTN dan tugas2 lain yang tidak gue ketahui secara pasti. Yang jelas, minggu2 ini gue sering sms ke Komting "Bu Dosen ada/tidak?" atau bertanya ke mbak kostku yang berangkat kuliah lebih pagi, "Mobilnya Pak Dosen ada/tidak?".
Sebagai mahasiswa pemalas yang super kompak (malas kok bangga --"), setiap kali ada tugas presentasi dan Dosen TIDAK MASUK, biasanya kelompok yang presentasi hanya membacakan judul makalah (saja) lalu meminta audience untuk mengajukan pertanyaan yang setelah itu pertanyaannya "dibungkus", artinya pertanyaan yg diajukan tidak langsung dijawab namun hanya ditampung dan akan dijadikan sebagai bahan laporan oleh kelompok presentator. Jadilah waktu kuliah kami ga nyampe lima menit udah selesai.
Alhasil gue bosen banget kalo cuma di kost mulu. Tivi uda bosen gue liatin, laptop uda pusing gue pantengin, bantal uda kumel gue kelonin. Setelah sholat istikharoh dan bermeditasi akhirnya gue mendapatka ide cemerlang untuk mengatasi kebosanan gue di kost. Yep! akhirnya gue sm mba Ratna melacong berkelana dan berpetualang ke Gramedia dengan semangat empat lima (super lebay, cuih!).
+ "Mau beli buku?"
- "aku sih, no!"
+ "Lah, mau ngapain dong?"
- "poto-poto" (nyengir kuda)
+ (jungkir balik, salto, tidur di tengah jalan) $%#@$%%^&^!
Nah, ini ni hasil jepret2 gaje di Gramed :
pose di atas hanyalah fiktif belaka |
Usai poto2 gue n mba Ratna milih2 buku yang oleh2 atau lebih tepatnya buat "pantes2" uda masuk ke gramed.hahaha *LOL*
Kebetulan waktu itu lagi ada pameran buku murah di Gramed. Jadi deh, gue sama Mba Ratna pulang dengan membawa 3 buku dengan harga yang miring :)
Kesimpulan: ternyata masa 20th gue masih alay, *alamak*
p/s: kuliah yang bener, yg diatas itu contoh yg ga bener, maka DILARANG KERAS meniru kemalasan mahasiswa di atas! ><
Label:
share
Minggu, 27 Mei 2012
Observasi ABK
Kemarin aku dapat tugas Mata Kuliah Pendidikan ABK untu melakukan observasi di Sekolah Luar Biasa.
Kebetulan aku dan rombongan observasi di SLBN Semarang yang sangat amazing.
Pertama kami mendapatkan sambutan hangat dari Kepala Sekolah, Bapak Drs.Ciptono yang juga merupakan Founding Father sekolah ini. Kepala sekolah yang sangat ramah dan bijaksana, bersedia meluangkan waktu di sela2 kesibukannya untuk melayani mahasiswa yang hanya akan banyak merepotkan, huhu...terima kasih, Pak mudah2an Tuhan senantiasa membalas kebaikan Bapak, amin.
Setelah disambut dengan hangat oleh Bapak Cipto, kami diantar jalan-jalan mengelilingi sekolah bersama Pak Haris untuk melihat koridor sekolah. Sebelumnya kami mendapat penjelasan bahwa pelayanan ABK di SLBN Semarang dibagi menjadi tiga macam yaitu pelayanan Akademik, Keterampilan dan Terapi. "Sekolah memang orientasinya bukan ke Akademik, namun lebih kepada keterampilan agar anak2 berkebutuhan khusus ini nantinya bisa mandiri dan tidak selalu bergantung pada orang lain", Jelas Pak Haris.
Dari ruang terapi perjalanan kami lanjutkan ke ruang keterampilan, ada ruang seni lukis, seni musik, salon kecantikan, dan lain2. kebetulan hari itu para siswa sedang jalan sehat, jadi kami tidak sempat mengobservasi pembelajaran mereka di kelas. Di ruang seni lukis kami benar2 terheran-heran melihat hasil lukisan anak2 tunagrahita khususnya anak2 autis yang sangat menawan. Aku mengaku kalah dengan hasil lukisan mereka. "Subhanallah...." gumamku.Tak menyangka di balik kepribadian mereka yang suka menyendiri dan sulit berkonsentrasi ternyata mereka memiliki kemampuan imajinasi dan daya seni yang begitu cemerlang. Tuhan sungguh adil!
Usai berjalan dari blok tuna netra, dan tuna rungu kami beristirahat di blok tuna grahita sembari melakukan tanya jawab bersama Pak Haris yang sedari tadi menemani perjalanan kami. "Kami hanya ingin berdedikasi untuk mereka, menjadikan sekolah ini sebagai surganya anak2" tuturnya.
hasil lukisan anak2 ADD/ADH |
ruang keterampilan otomotif |
with Kharisma |
ngeksis dulu ye |
Label:
share
Minggu, 13 Mei 2012
Pengoptimalan UKM di Kampus PGSD sebagai Sarana Pengembang Bakat Mahasiswa
Oleh Ifa Iklassiyah
Bakat adalah kemampuan bawaan yang
merupakan potensi yang masih perlu dikembangkan atau dilatih untuk mencapai
suatu kecakapan, pengetahuan dan keterampilan khusus. Bakat bukanlah merupakan
sifat tunggal, melainkan merupakan sekelompok sifat yang secara bertingkat
membentuk bakat. Bakat baru muncul bila ada kesempatan untuk berkembang atau
dikembangkan. Sehingga mungkin saja seseorang tidak mengetahui dan
mengembangkan bakatnya sehingga tetap merupakan kemampuan yang latent.
Salah
satu cara untuk mengembangkan bakat dan minat Mahasiswa di kampus PGSD UNNES
Karanganyar adalah melalui Unit Kegiatan Mahasiswa. Unit Kegiatan Mahasiswa
(UKM) adalah wadah aktivitas kemahasiswaan untuk mengembangkan minat, bakat dan
keahlian tertentu bagi para aktivis yang ada di dalamnya. Unit Kegiatan
Mahasiswa sebetulnya adalah bagian/organ/departemen dari Dewan Mahasiswa.
Ketika dilakukan pembubaran Dewan Mahasiswa, departemen-departemen Dewan
Mahasiswa ini kemudian berdiri sendiri-sendiri menjadi unit-unit otonom di
Kampus.
Unit Kegiatan
Mahasiswa terdiri dari tiga kelompok minat : Unit-unit Kegiatan Olahraga,
Unit-unit Kegiatan Kesenian dan Unit Khusus (Pramuka, Resimen Mahasiswa, Pers
Mahasiswa, Koperasi Mahasiswa, Unit Kerohanian dan sebagainya). Di UNNES Kampus
Sekaran terdapat beragam UKM yang membuka lebar kesempatan bagi mahasiswa untuk
mengembangkan bakatnya. UKM tersebut banyak diminati oleh mahasiswa dari
berbagai Jurusan di kampus Sekaran. Namun tidak dengan mahasiswa di Jurusan
PGSD yang letaknya jauh dari Kampus Sekaran yaitu di Karanganyar.
Di Kampus PGSD
sendiri terdapat empat macam UKM yaitu UKM Pramuka yang bergerak di bidang
kepramukaan, UKM Korps Sukarela (KSR) yang bergerak di bidang kemausiaan, UKM
Firdaus yang bergerak di bidang kerohanian dan UKM yang termuda yaitu UKM
Warkop DKI yang bergerak di bidang Penulisan Karya Ilmiah.
Semua UKM
tersebut banyak diminati oleh Mahasiswa PGSD. Namun dirasa kurang cukup ketika
ratusan Mahasiswa PGSD yang memiliki beragam bakat hanya mendapatkan wadah
empat UKM untuk mengembangkan bakatnya. Belum lagi adanya pembatasan daya
tampung pada setiap UKM semakin menutup kesempatan mahasiswa untuk
mengembangkan bakat dan minatnya. Hanya sebagian kecil saja dari ratusan
mahasiswa yang mendapat kesempatan mengembangkan bakatnya melalui UKM yang ada
di Kampus PGSD.
Sebagai solusi
dari permasalahan yang telah disebutkan di atas, pada tahun ini Himpunan
Mahasiswa (HIMA) PGSD berinisiatif untuk mengembangkan klub-klub kreatif sebagai
wadah pengembangan bakat dan minat mahaiswa. HIMA bekerjasama dengan pihak
Jurusan telah berhasil mengembangkan kurang lebih 20 klub yang bergerak di
bidang olahraga, kesenian, teknologi, dan sebagainya. Dibukanya klub-klub
tersebut mendapat sambutan hangat oleh para mahasiswa tkhususnya mahasiswa
semester dua yang sangat berantusias dalam mengikuti setiap kegian
kemahasiswaan di Kampus.
Setiap klub
yang dikembangkan memiliki tutor yang ahli dalam bidangnya. Sebut saja Klub
Tari yang dilaksanakan setiap Kamis sore dibimbing oleh dosen seni tari yang
profesional. Sehingga mahasiswa mendapat keterampilan dalam bidang seni tari.
Klub Tari PGSD juga telah berpartisipasi dalam ajang bergengsi Hari Tari
Internasional di Institut Seni Indonesia Surakarta tahun ini. Selain ajang
tersebut Klub Tari PGSD juga sering tampil dalam acara-acara besar di Jurusan
maupun Fakultas.
Hal di atas
menunjukkan bahwa sebenarnya setiap mahasiswa di PGSD memliki bakat dan minat
yang jika terus dikembangkan dapat memunculkan prestasi-prestasi yang
mengagumkan. Pihak Jurusan juga perlu selalu memberikan dukungan pada setiap
kegiatan UKM baik dukungan moral maupun material berupa fasilitas-fasilitas
pendukung. Fasilitas yang ada di PGSD seperti seperangkat gamelan akan sangat
sayang jika hanya dibiarkan tanpa dimanfaatkan.
Minggu, 29 April 2012
UTS Asesmen Pembelajaran SD
UJIAN MID-SEMESTER
MATA KULIAH ASESMEN PEMBELAJARAN SD
Nama :Ifa
Ikhlassiyah
NIM : 1401410192
Rombel : 03
Dosen Pengampu : . Dr.Ali Sunarso, M.Pd.
Soal :
1. Pertanyaan:
Jelaskan perbedaan pengertian-pengertian yang berkaitan dengan
evaluasi berikut ini, dan lengkapi dengan contoh-contohnya !
a. Asesmen dengan evaluasi,
b. Penilaiaan dengan pengukuran,
c. Evaluasi
formatif dengan evaluasi sumatif
d. Pengevaluasian
ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik
2. Langkah
pengambilan keputusan adalah inti kerja melakukan suatu evaluasi terhadap obyek
yang dievaluasi. Pertanyaan:
a. Apakah
wujud keputusan yang dimaksud tersebut ?
beri contohnya !
b. Apakah
ada kesamaan dan perbedaan antara wujud keputusan yang diambil pada saat guru
mengevaluasi siswa dengan pada saat guru melakukan asesmen institusi (lembaga)?
c. Apakah
ciri-ciri butir suatu tes disebut baik, jelaskan !
d. Mengapa
evaluasi harus berbasis pada tujuan dalam evaluasi pengajaran ?
3. Seorang
guru bila hendak mengajar harus memiliki Sillabus (kurikulum), RPP,
mendeskripsikan SK, KD, dan indikator
Pertanyaan:
a. Seberapa
pentingkah peranan silabus, RPP, KD, SK dan indikator yang kita ketahui sebelum
mengajar ? jelaskan!
b. Apakah
tolok ukur yang hendak dicapai dalam pengevaluasian ranah kognitif, ranah
afektif dan psikomotorik ? bila ada persamaan dan perbedaan dari ketiga ranah
tersebut jelaskan dan beri contohnya !
c. Apakah kurikulum itu ? dan apa pula yang dimaksud
indikator dan kompetensi ? jelaskan !
d. Sebutkan
jenis-jenis evaluasi jika dikaitkan dengan fungsi dan tujuan evaluasi !
jelaskan masing-masing !
4. Penskoran tes bentuk pilihan ganda ada 3
macam, yakni ; penskoran tanpa ada koreksi jawaban, penskoran ada koreksi
jawaban, dan penskoran dengan butir beda bobot.
Pertanyaan :
a. Pada
suatu soal tes matapelajaran IPS kelas 5
bentuk pilihan ganda ada 40 butir. Aliya dapat menjawab benar 10.
Berapakah score Aliya yang diperoleh jika menggunakan penskoran tanpa ada
koreksi ?
b. Pada
suatu soal tes matapelajaran PKn kelas 4
bentuk pilihan ganda ada 50 butir, tiap butir terdiri 4 opsi pilihan. Jika dalam evaluasi tersebut
Armahedi dapat menjawab benar 30 butir, menjawab salah 12, dan tidak dijawab
ada 8 butir, berapakah score Armahedi yang diperoleh ?
5. Buatlah
contoh model penilaian portofolio lengkapilah dengan tabel fisualisasi sehingga
guru-guru teman sejawat saudara dapat memahami kinerja saudara dari tampilan
kolom-kolom yang saudarapola perbandingan antara asesmen kinerja dengan tes
konvensional !
6. Buatlah
contoh model implementasi instrumen non-tes yang meliputi : asesmen kinerja,
rubrik, dan portofolio untuk kelas yang saudara ajar, dengan contoh-contoh
nyata !
JAWABAN
1.
Perbedaan
istilah yang berkaitan dengan evaluasi sebagai berikut:
a.
Perbedaan
asesmen dan evaluasi
Asesmen
merupakan proses untuk mendapatkan informasi dalam bentuk apapun yang dapat
digunakan untuk dasar pengambilan keputusan tentang siswa baik yang menyangkut
kurikulumnya, program pembelajarannya, iklim sekolah maupun kebijakan-kebijakan
sekolah. Contoh asesmen adalah guru melakukan pengevaluasian pada akhir
pembelajaran untuk mengetahui hasil
belajar.
Sedangkan evaluasi adalah proses
pemberian makna atau penetapan kualitas hasil pengukuran dengan cara
membandingkan angka hasil pengukuran tersebut dengan kriteria tertentu.
Kriteria sebagai pembanding dari proses dan hasil pembelajaran tersebut dapat
ditentukan sebelum proses pengukuran atau dapat pula ditetapkan sesudah
pelaksanaan pengukuran. Kriteria ini dapat berupa proses/kemampuan minimal yang
dipersyaratkan, atau batas keberhasilan, dapat pula berupa kemampuan rata-rata
unjuk kerja kelompok dan berbagai patokan yang lain. Evaluasi merupakan bagian
dari asesmen untuk mengetahui sejauh mana materi ajar KBM. Contoh evaluasi
adalah pemberian soal pada akhir pembelajaran merupakan salah satu bentuk
evaluasi untuk mengetahui ketercapaian proses belajar mengajar.
b.
Pengukuran
dan penilaian
Penilaian adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam
alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar
siswa atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) siswa. Penilaian
menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang
siswa. Penilaian bersifat kualitatif.
Perbedaan kedua pengertian di atas dapat dilihat dalam contoh berikut:
No
|
Objek
yang diamati
|
Alat ukur
|
Hasil
pengukuran
|
Kriteria
|
Penilaian
|
1.
|
Tinggi badan orang Indonesia
·
Andi
|
cm
|
158
|
<148 rendah
149-156 sedang
>157 tinggi
|
Tinggi
|
2.
|
Hasl belajar IPS tentang SDA
·
Guntur
·
Shiddiq
|
Tes tertulis
|
30/60 ×100 =50
45/60×100 =75
|
>70 tidak tuntas
<70 tuntas
|
Tidak tuntas
Tuntas
|
Sedangkan Pengukuran adalah proses memperoleh angka untuk mengetahui tingkat
dimana seorang siswa mencapai karakteristik tertentu melalui tes. Contoh
pengukuran adalah dalam proses pembelajaran guru melakukan pengukuran proses
dan hasil belajar siswa seperti angka 50, 70, atau 125 yang diperoleh dari
hasil pengukuran proses dan hasil belajar bersifat kuantitatif tetapi belum
memberikan makna apa-apa karena belum menyatakan tingkat kualitas dari apa yang
hendak diukur.
c.
Evaluasi
formatif dan sumatif
Evaluasi formatif yakni penilaian yang dilaksanakan pada setiap akhir pokok
bahasan, tujuannya untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap pokok
bahasan tertentu. Informasi dari evaluasi formatif dapat dipakai sebagai umpan
balik bagi pengajar mengenai proses pengajaran.
Contoh evaluasi formatif yaitu soal formatif
Mapel : Matematika
Kelas/semester : IV/1
SK :
Memahami bangun ruang beserta sifat-sifatnya
Soal pilihan ganda
1.
Berapakah jumlah rusuk kubus….
a.
12 c. 6
b.
8 d. 4
Sedangkan Evaluasi Sumatif,
yaitu penilaian yang dilakukan pada akhir satuan program tertentu,
(catur wulan, semester atau tahun ajaran), tujuannya untuk melihat prestasi
yang dicapai peserta didik selama satu program yang secara lebih khusus
hasilnya akan merupakan nilai yang tertulis dalam raport dan penentuan kenaikan
kelas. Contoh evaluasi sumatif yaitu soal ujian akhir semester.
d. Perbedaan tiga ranah pengevaluasian ranah kognitif,
afektif dan psikomotorik dapat dilihat berikut:
Ranah Kognititf : adalah daya pikir, yang dibedakan atas enam jenjang,
yaitu aspek pengetahuan, pemahanan, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian).
Contoh soal evaluasi kognitif :
Perubahan wujud benda dari cair ke gas disebut.....
a.
Pengembunan c. Penyubliman
b.
Pengupan
d. pencairan
Ranah afektif diartikan sebagai internalisasi sikap yang menunjuk ke
arah pertumbuhan batiniah. Jenjang kemampuan dalam ranah afektif yaitu:
menerima ,menjawab, oganisasi.
Contoh evaluasi afektif:
Kelompok
|
Nama
|
Aspek yang
dinilai
|
Jumlah skor
|
|||||||||
Ketepatan
|
Kedisiplinan
|
Kerjasama
|
||||||||||
4
|
3
|
2
|
1
|
3
|
2
|
1
|
3
|
2
|
1
|
|||
I
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
II
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Keterangan Skor :
10 :
A (Baik sekali)
8 - 9 :
B (Baik)
6 - 7 :
C (Cukup)
≤
5 : D (Kurang)
Ranah Psikomotor : Berkaitan dengan gerakan tubuh atau bagian-bagiannya
mulai dari yang sederhana sampai yang kompleks meliputi: Muscular or motor
skill; mempertontonkan gerak, menunjukkan hasil, melompat, menggerakkan
& menampilkan, Manipulations of materials or objects; mereparasi,
menyusun, membersihkan, menggeser, memindahkan, dan membentuk, Neuromuscular
coordination; mengamati, menerapkan, menghubungkan, menggandeng, memadukan,
memasang, memotong, menarik, dan menggunakan.
Contoh evaluasi psikomotorik : menunjukan hasil percobaan perubahan wujud
benda yang dilakukan
2 a. Wujud keputusan yang dimaksud adalah tindakan
selanjutnya yang akan diambil atau dilakukan setelah melakukan penilaian.
Tindakan selanjutnya tersebut harus disesuaikan dengan hasil penilaian.
Contoh :
Guru memutuskan apakah seorang siswa perlu mendapatkan
pelajaran tambahan atau tidak.
b. Ada
kesamaan dan perbedaan antara wujud keputusan yang diambil pada saat guru
mengevaluasi siswa dengan pada saat guru melakukan asesmen institusi (lembaga).
Persamaan
Kedua proses evaluasi
tersebut sama-sama menghasilkan keputusan guru untuk memberi keputusan atas
penilaian yang telah dilakukan, seperti naik atau tidak naiknya siswa dan baik
atau kurang baiknya kinerja para pegawai di institusi.
Perbedaan
Perbedaannya terletak
pada subyek yang diberikan keputusan, yaitu siswa dan pegawai di institusi
tertentu.
c. Ciri-ciri
butir suatu tes disebut baik:
Ø Valid
Soal dikatakan valid bila
dapat mengukur apa yang seharusnya diukur, validitas soal dapat dilihat dari
kesesuaian soal dengan tujuan instruksional khusus dan tujuan pengukuran yang
telah ditetapkan.
Ø
Relevan
Tes yang relevan mengandung soal-soal yang dapat
mengukur kemampuan belajar sesuai dengan tingkat kemampuan yang ditetapkan
dalam indikator pencapaian hasil belajar (Ranah kognitif, afektif dan
psikhomotor).
Ø Spesifik
Soal harus direncanakan sedemikian rupa agar
jawabannya pasti dan tidak menimbulkan ambivalensi atau spakulasi dalam
memberikan jawaban.
Ø Representatif
Soal tes sebaiknya dikembangkan dari satuan
materi yang jelas cakupannya, dan bersifat komprehensif dalam pengertian materi
tes harus mencakup seluruh materi pengajaran, untuk itu seluruh pokok bahasan
(sub pokok bahasan) idealnya harus terwakili dalam soal tes.
Ø Seimbang
Soal tes dikatakan seimbang bila pokok bahasan
yang terpenting mendapat porsi terbanyak dalam soal. Kalau dalam keadaan
terpaksa hal tersebut tidak dapat dilakukan maka keseimbangan dapat dicapai
dengan memberikan bobot yang berbeda pada pokok bahasan yang memiliki tingkat
kesulitan yang berbeda.
Ø Sensitif
Syarat ini berkait erat dengan taraf kesukaran
soal, butir tes yang baik harus memiliki sensitivitas untuk membedakan siswa
yang benar-benar menguasai materi dengan yang tidak, hal ini tidak akan
tercapai bila soal terlalu sulit sehingga semua siswa tidak dapat mengerjakan,
atau soal yang terlalu gampang sehingga semua siswa dapat mengerjakan dengan
benar.
Ø Fair
Tes hasil ujian hendaklah bersifat terbuka dalam
pengertian tidak mengandung jebakan, jelas cakupan materinya, kejalasan norma
yang dipakai serta kriteria keberhasilannya. Dalam pelaksanaannya obyektif,
tidak merugikan kelompok tertentu.
Ø Praktis
Dalam pengertian bahwa tes tidak sulit untuk
dilaksanakan dilihat dari segi pembiayaan maupun pelaksanaanya. Tes yang baik
harus efisien dan mudah untuk dilaksanakan.
d. Evaluasi
harus berbasis pada tujuan dalam evaluasi pengajaran karena tujuan
diadakannya evaluasi setelah proses pembelajaran adalah untuk mengetahui tingkat ketercapaian KBM, sehingga diperlukan alat
indikator keberhasilan, yaitu melalui adanya evaluasi pengajaran yang isinya
selaras dengan tujuan pembelajaran.
3. a. Peranan
Silabus, RPP, SK, KD dan Indikator sebelum mengajar
Silabus adalah rencana
pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang
mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran,
kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian,
penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. Dilihat dari pengertiannya sudah jelas silabus sangat
penting dan harus dipersiapkan sebelum proses pembelajaran karena silabus
sebagai patokan atau acuan dalam penyusunan rencana pembelajaran.
Rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP) adalah rencana yang
menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu
kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan telah dijabarkan dalam
silabus. Lingkup Rencana Pembelajaran paling luas mencakup 1 (satu) kompetensi
dasar yang terdiri atas 1 (satu) atau beberapa indikator untuk 1 (satu)
kali pertemuan atau lebih. RPP sangat penting
karena isinya menjelaskan mengenai langkah pembelajaran yang dilakukan selama
proses pembelajaran.
SK
(Standar Kompetensi) merupaka kualifikasi kemampuan minimal peserta didik
yang menggambarkan penguasaan, sikap, dan keterampilan yag diharapkan dicapai
pada setiap kelas dan atau semester pada suatu mata pelajaran
KD
(Kompetensi Dasar) adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta dalam suatu
pelajaran.
Indikator Kompetensi
adalahperilaku yang dapat diukur dan atau diobservasi untuk menunjukan ketercapaian
kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran.
SK
dan KD dan indikator merupakan acuan dalam perencanaan penyusunan evaluasi
pembelajaran sebagai tolak ukur mengenai ketercapaian tujuan pembelajaran
b. Tolak
ukur yang hendak dicapai pada masing-masing ranah pembelajaran adalah sebagai
berikut:
a. Ranah kognitif
Tingkat
|
Deskripsi
|
I.
Pengetahuan
|
Arti: Pengetahuan terhadap fakta, konsep, definisi,
nama, peristiwa, tahun,daftar, rumus, teori, dan kesimpulan.
Contoh kegiatan belajar: mengemukakan arti, menamakan,
membuat daftar, mendeskripsikan sesuatu, menceritakan apa yang
terjadi,menguraikan apa yang terjadi.
|
II.
Pemahaman
|
Arti: Pengertian terhadap hubungan antar-faktor, antar
konsep, dan antar-data, hubungan sebab-akibat, dan penarikan kesimpulan.
Contoh kegiatan belajar: mengungkapkan gagasan/pendapat
dengan kata-katasendiri, membedakan, membandingkan, menceritakan kembali
dengan kata-kata sendiri.
|
III.
Aplikasi
|
Arti: menggunakan pengetahuan untuk memecahkan masalah
atau menerapkan pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari.
Contoh kegiatan belajar: menghitung kebutuhan,
melakukan percobaan, membuat model, merancang strategi
|
IV.
Analisis
|
Arti: Menentukan bagian-bagian dari suatu masalah,
penyelesaian, atau gagasan dan menunjukkan hubungan antar-bagian tersebut.
Contoh kegiatan belajar: mengidentifikasi faktor
penyebab, merumuskan masalah, mengajukan pertanyaan untuk memperoleh
informasi.
|
V.
Sintesis
|
Arti: menggabungkan berbagai informasi menjadi satu
kesimpulan atau konsep atau meramu/merangkai berbagai gagasan menjadi suatu
hal yang baru.
Contoh kegiatan belajar: membuat desain, , memprediksi,
merancang pesawat sederhana, menciptakan produk baru.
|
VI.
Evaluasi
|
Arti: Mempertimbangkan dan menilai benar-salah,
baik-buruk, bermanfaat-tak bermanfaat.
Contoh kegiatan belajar: mempertahankan pendapat,
beradu argumentasi, memilih solusi yang lebih baik, menyusun kriteria
penilaian, menulis laporan, menyarankan strategi baru.
|
b. Ranah afektif
Tingkat
|
Deskripsi
|
I. Penerimaan
(Receiving
|
Arti: Kepekaan (keinginan menerima/memperhatikan)
terhadap fenomena dan stimuli atau menunjukkan perhatian yang terkontrol dan
terseleksi.
Contoh kegiatan belajar: senang membaca puisi, senang
mengerjakan soal matematika, senang membaca cerita
|
II. Responsi
(Responding)
|
Arti: Menunjukkan perhatian aktif, melakukan sesuatu dengan/tentang
fenomena, setuju, ingin, puas meresponsi (menanggapi).
Contoh kegiatan belajar: mentaati aturan, mengerjakan
tugas,
mengungkapkan perasaan, menanggapi pendapat,
menunjukkan empati, menulis puisi, melakukan introspeksi.
|
III. Acuan nilai
(Valuing)
|
Arti: Menunjukkan konsistensi perilaku yang mengandung
nilai, Termotivasi berperilaku sesuai dengan nilai-nilai yang pasti,
Tingkatan: menerima, lebih menyukai, dan menunjukkan
komitmen terhadap suatu nilai.
Contoh kegiatan belajar: mengapresiasi seni, menghargai
peran,
menunjukkan keprihatinan, menunjukkan alasan perasaan
jengkel, melakukan upaya pelestarian lingkungan hidup,
|
IV. Organisasi
|
Arti: Mengorganisasi nilai-nilai yang relevan ke dalam
satu sistem, Menentukan saling hubungan antar nilai, Memantapkan suatu nilai
yang dominan dan diterima di mana-mana.
Tingkatan: Konseptualisasi suatu nilai dan Organisasi
suatu sistem nilai.
Contoh kegiatan belajar: bertanggung jawab terhadap
perilaku, merefleksi pengalaman dalam hal tertentu, membahas cara
melestarikan lingkungan hidup, merenungkan makna ayat kitab suci bagi
kehidupan.
|
V. Karakterisasi
(menjadi karakter)
|
Arti: Suatu nilai/sistem nilai telah menjadi karakter,
Nilai-nilai tertentu telah mendapat tempat dalam hirarki nilai individu, diorganisasi
secara konsisten, dan telah mampu mengontrol tingkah laku individu.
Contoh kegiatan belajar: rajin, tepat waktu,
berdisiplin diri, mandiri dalam bekerja secara independen, objektif dalam
memecahkan masalah,
mempertahankan pola hidup sehat.
|
c. Ranah Psikomotorik
Tingkat
|
Deskripsi
|
I. Gerakan refleks
|
Arti: Gerakan refleks adalah basis semua perilaku
bergerak, Responsi terhadap stimulus tanpa sadar, misalnya: melompat,
menunduk, berjalan, menggerakkan leher dan kepala, menggenggam, memegang.
Contoh kegiatan belajar: mengupas mangga dengan pisau,
meniru gerakan daun berbagai tumbuhan yang diterpa angin.
|
II. Gerakan dasar
(Basic fundamental
movements)
|
Arti: Gerakan ini muncul tanpa latihan tapi dapat
diperhalus melalui praktik, Gerakan ini terpola dan dapat ditebak.
Contoh kegiatan belajar:
Contoh gerakan tak berpindah; bergoyang, membungkuk,
merentang, mendorong, menarik, memeluk, berputar.
Contoh gerakan berpindah: merangkak, maju
perlahan-lahan, meluncur, berjalan, Contoh gerakan manipulasi: menyusun
balok/blok, menggunting, menggambar dengan crayon, memegang dan melepas
objek, blok, atau mainan. Keterampilan gerak tangan dan jari-jari: memainkan
bola, menggambar.
|
III. Gerakan persepsi
(Perceptual
abilities)
|
Arti: Gerakan sudah lebih meningkat karena dibantu
kemampuan perseptual.
Contoh kegiatan belajar: menangkap bola, membaca,
melihat terbangnya bola pingpong, menggambar simbol geometri, menulis
alfabet, mengulangi pola gerak tarian, membedakan bunyi beragam alat musik,
membedakan suara berbagai binatang, membedakan berbagai tekstur dengan
meraba.
|
IV. Gerakan
kemampuan fisik
(Psysical abilities)
|
Arti: Gerak lebih efisien, Berkembang melalui
kematangan dan belajar.
Contoh kegiatan belajar: menggerakkan otot/sekelompok
otot selama waktu tertentu, berlari jauh, mengangkat beban,
menarik-mendorong, , melakukan
Senam.
|
V. Gerakan terampil
(Skilled
movements)
|
Arti: Dapat mengontrol berbagai tingkatan gerak,
terampil, tangkas, cekatan melalukan gerakan yang sulit dan rumit (kompleks).
Contoh kegiatan belajar: melakukan gerakan terampil
berbagai cabang olahraga, menari, membuat kerajinan tangan, mengetik, bermain
piano, melakukan gerak, akrobatik.
|
VI.Gerakan indah dan
kreatif (Nondiscursive
communication)
|
Arti: Mengkomunikasikan perasaan melalui gerakan, Gerak
estetik: gerakangerakan terampil yang efisien dan indah, Gerak kreatif:
gerakan-gerakan pada tingkat tertinggi untuk mengkomunikasikan peran.
Contoh kegiatan belajar: kerja seni yang bermutu
(membuat patung, melukis, menari balet, melakukan senam tingkat tinggi,
bermain drama (acting), keterampilan olahraga tingkat tinggi.
|
c. Kurikulum
adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Indikator adalah bukti yang
menunjukan telah dikuasainya kompetensi dasar.
Kompetensi adalah
seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggungjawab yang dimiliki seseorang
sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan
tugas-tugas dibidang pekerjaan tertentu atau kompetensi merupakan keseluruhan
sikap, keterampilan dan pengetahuan yang dinyatakan dengan ciri yang dapat
diukur.
d. Jenis
tes berdasarkan fungsi dan tujuan penyelenggaraanya
a) Tes Seleksi (Selection Test)
Tes seleksi diselenggarakan untuk memilih peserta guna diikutsertakan dalam
kegiatan yang menuntut kemampuan tertentu. Penentuan jenis kemampuan dan
tingkat penguasaan pada tes seleksi, sepenuhnya tergantung pada kebutuhan akan
kemampuan yang dibutuhkan untuk dapat mengikuti kegiatan. Dengan demikian,
berdasarkan hasil tes seleksi, seseorang dapat dinyatakan diterima atau
berhasil dan tidak diterima atau tidak lolos untuk mengikuti program kegiatan
yang direncanakan.
b) Tes Penempatan (Placement
Test)
Tes penempatan umumnya diselenggarakan menjelang dimulainya suatu program
pengajaran, dengan maksud untuk menempatkan seseorang pada kelompok yang sesuai
dengan tingkat kemampuan yang dimilikinya.
c) Tes Hasil Belajar
(Achievement Test)
Tes hasil belajar tentu tidak lagi asing bagi Saudara. Brown (2004)
memberikan pengertian tes hasil belajar merupakan “a test to see how far
students achieve materials addressed in a curriculum within a particular time
frame”. Hasil belajar yang diungkap lewat tes hasil belajar dapat mengacu pada
hasil pengajaran secara keseluruhan pada akhir penyelenggaraan atau pada kurun
waktu tertentu.
d) Tes Diagnostik (Diagnostic Test)
Tes diagnostik sengaja dirancang sebagai alat untuk menemukan kesulitan
belajar yang sedang dihadapi siswa. Hasil tes diagnostik dapat digunakan
sebagai dasar penyelenggaraan pengajaran yang lebih sesuai dengan kemampuan
siswa termasuk kesulitan-kesulitan belajarnya. Tes ini dilakukan apabila
diperoleh informasi bahwa sebagian besar peserta didik gagal dalam mengikuti
proses pembelajaran pada mata pelajaran tertentu.
e) Evaluasi
Formatif, yakni penilaian yang dilaksanakan pada setiap akhir
pokok bahasan, tujuannya untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap
pokok bahasan tertentu. Informasi dari evaluasi formatif dapat dipakai sebagai
umpan balik bagi pengajar mengenai proses pengajaran.
f) Evaluasi
Sumatif, yaitu penilaian yang
dilakukan pada akhir satuan program tertentu, (catur wulan, semester atau tahun
ajaran), tujuannya untuk melihat prestasi yang dicapai peserta didik selama
satu program yang secara lebih khusus hasilnya akan merupakan nilai yang
tertulis dalam raport dan penentuan kenaikan kelas.
4. a. Penskoran tanpa koreksi
Yaitu cara
penskoran dengan cara setiap butir soal yang dijawab benar mendapat nilai satu,
sehingga jumlah skor yang diperoleh peserta didik adalah dengan menghitung
banyak butir soal yang dijawab. Jadi,
Skor =
×100
Jadi,
×100 = 25
adalah skor yang diperoleh Aliya
b. Penskoran ada koreksijawaban adalah pemberian skor
dengan memberikan pertimbangan padabutir soal yang dijawab salah dan tidak
dijawab. Rumusnya sebagai berikut:
Skor =
×100
Jawab :
B= 30, S=12, P=4, N= 50 jadi ,
= 52, adalah skor yang diperoleh Armahedi
5. Contoh Penilaian Portofolio
Mata
Pelajaran : Bahasa Indonesia
Alokasi Waktu : 1 Semester
Sampel yang dikumpulkan : surat tidak
resmi
Nama Siswa : _________________ Kelas :
No.
|
SK/KD
|
Periode
|
Aspek yang dinilai
|
Ket
|
||
Tata bahasa
|
Ejaan
|
Sistematika
surat
|
|
|||
1
|
Menulis surat pengalaman
|
|
|
|
|
|
Catatan: karya siswa sesuai dengan
standar kompetensi, kompetensi dasar dan aspek yang dinilai
Perbandingan antara Asesmen kinerja dengan tes
konvensional
No.
|
Asesmen Kinerja
|
Tes
Konvensional
|
1.
|
Mementingkan kemampuan siswa dalam menerapkan
pengetahuannya menjadi unjuk kerja yang dapat diamati atau produk yang
dihasilkan.
|
Lebih mengutamakan pemahaman konsep siswa atau aspek
kognitifnya saja
|
2.
|
Membutuhkan waktu yang banyak untuk membuat dan
melaksanakan tetapi menghasilkan format penilaian yang dapat digunakan berulang-ulang
pada siswa yang sama atau siswa baru.
|
Membutuhkan waktu yang banyak untuk pelaksanaannya,
lebih cepat dan dapat digunakan untuk siswa dengan jumlah banyak secara
serentak, tetapi digunakan hanya sekali untuk sekelompok siswa.
|
3.
|
Memungkinkan untuk mendiagnosis dan meremidiasi kinerja
siswa dan memeta-kan kemajuan siswa sepanjang waktu.
|
Memungkinkan untuk mendiagnosis dan meremidiasi kinerja
siswa tetapi hanya untuk soal uraian terbuka (open ended).
|
4.
|
Menuntut
siswa untuk berfikir tingkat kritis
|
Memfokuskan pembelajaran pada materi pelajaran.
|
Label:
learn
Langganan:
Postingan (Atom)